Ramadlan; Menjemput bukan Menunggu
Oleh: M. Izzul Aroby*
Pesantren Nuris – Jamak diketahui, Ramadlan merupakan bulan mulia yang selalu dinanti umat muslim seluruh dunia. Berbagai perayaan dilakukan demi menyambut tamu agung Ramadlan. Munggahan (sunda), megibung (Bali) dan ziarah kubra adalah secuil dari banyak tradisi Nusantara dalam menyambut Ramadlan.
Ramadlan adalah suatu waktu khusus yang mulia dalam agama Islam. Bulan penuh keutamaan serta kemuliaan. Lalu bagaimana karakteristik Ramadlan? Ramadlan hanyalah sebuah waktu yang mulia, dan akan belalu sia-sia jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.
(baca juga: Tauhid dalam Bingkai Humanis)
Berikut ini adalah sebuah analogi tentang Ramadlan, di suatu desa terdapat pengumuman yang menggemparkan berbunyi “barang siapa menginginkan mobil gratis maka segera menuju kantor balai desa”. Tak pelak semua masyarakat desa berbondong-bondong menuju kantor balai desa demi mendapatkan mobil gratis. Hal tersebut berlaku untuk bulan Ramadlan, kemuliaan Ramadlan hanya bisa diraih jika seseorang berupaya untuk menggapainya seperti usaha orang desa berjalan menuju kantor balai desa untuk mendapat mobil gratis.
(baca juga: Final Liga Champion dan Kebanggaan Umat Muslim)
Adapun usaha menggapai kemuliaan Ramadhan sangat beragam, berpuasa dengan baik, berusaha membahagiakan orang lain, dan melakukan Sunnah Sunnah Ramadlan adalah salah satu upaya meraih kemuliaan Ramadlan.
Ramadlan bukanlah magnet yang bisa mendekat tanpa dijemput, jemputlah Ramadlan dengan segala amaliyah mulia, ramaikan masjid-masjid dengan tadarrus dan qiyamul lail. Semoga ibadah kta diterima Allah SWT. Wallahu A’lam.
*penulis adalah mahasiswa Politeknik Negeri Jember, alumni MA Unggulan Nuris