Mati; Hidup Tanpa Aturan dan Etika Moralitas

Penulis: Nisa Haniatus

“Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian”. Itulah pepatah mengatakan. Ya, sebuah problematika dan peraturan lainnya adalah sebuah tonggak kehidupan duniawi. Mengapa? Karena hidup akan terasa hambar tanpa sedikit rasa pahit dan pemanis yang menjadikan kita untuk lebih tegar dan selalu bersyukur.

Namun, ironisnya kebanyakan dari manusia tidak suka dengan segala keterkaitan peraturan, mereka ingin bebas tanpa ada yang mengekang jalan kehidupannya. Padahal dengan adanya peraturan, mereka ingin bebas tanpa ada orang yang mengekang jalan kehidupannya. Padahal dengan adanya peraturan moral dan etika keseharian kita akan bertambah baik. Bagaimana tidak? Moral dan etika merupakan hal yang berperan penting untuk membentuk karakter seseorang.

(baca juga: Hijabku Mahkotaku)

Tentunya orang yang bermoral dan beretika akan menaati peraturan walau tidak semaksimal mungkin. Orang seperti ini akan lebih terpandang dan dihormati di masyarakat. Contohnya seorang murid yang pandai bisa saja tidak naik kelas karena jeleknya etika dan moralnya dalam menaati peraturan, sikap, dan lainnya. Seorang pejabat pun akan korupsi karena minimnya moral dan etika yang dia miliki, sehingga ia melanggar peraturan negara bahkan syariat Islam.

Rasulullah Saw saja sangat menjunjung tinggi etika moralitas dalam kehidupan. Diceritakan dalam sebuah kisah bahwasanya terdapat seorang pengemis laki-laki berbangsaYahudi yang buta di pinggir pasar, ia sangat membenci Rasulullah Saw. Namun, Rasulullah Saw, tidak sedikitpun membencinya. Setiap hari Rasulullah Saw selalu datang dan menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Pengemis itu selalu menghujat Rasulullah Saw di depan orang yang menyuapinya. Ternyata seorang pengemis itu tidak mengetahui bahwa orang yang menyuapinya adalah sosok Rasullah Saw.

(baca juga: Jilbab Syar’i di Tengah Maraknya Jilbab Modern)

Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang untuk menyuapi pengemis itu. Lama kelamaan pengemis tersebut tahu bahwa yang menyuapinya bukanlah sosok orang yang menyuapinya dahulu. Di selang itu, pengemis tersebut terus menghujat Rasulullah di depan Abu Bakar, karena tidak bisa menahan emosi, Abu Bakar berkata dengan terus terang bahwa orang yang selama ini dihujat adalah orang menyuapinya setiap hari dan sekarang sosok yang menyuapinya telah meninggal. Seketika itu, pengemis tersebut langsung memeluk Islam.

Berdasarkan kisah di atas dapat kita ketahui bahwa Rasulullah Saw adalah seorang manusia yang memiliki etika dan moral yang baik. Karenanya beliau telah mengedepankan etika terhadap teman (Sesama). Beliau tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan kejahatan dengan kebaikan. Inilah sosok hamba Allah yang beraqkhlaqul karimah. Dengan hal ini, Rasulullah mendapatkan balasan yang istimewa dari Allah Swt. Lantas, bagaimana kalian, masihkan Anda mengeluh dengan berbagai peraturan dan beretika moralitas yang baik?

(baca juga: Betapa Mulianya Sosok Perempuan dan Peran Ibu Kekinian)

Di era modern ini masih susahkah Anda untuk memperbaiki etika dan moral terhadap lingkungan, manusia, bumi ini, dan juga kepada sang Khaliq?Jawabannya ada di dalam hati kita sendiri. Hidup tanpa aturan dan etika moralitas akan terasa hampa, karena orang yang tidak taat pada peraturan tentunya ia memiliki etika dan moral yang minim. Itulah mati; hidup tanpa aturan dan etika moralitas.

Penulis merupakan siswa kelas XI IPA A MA Unggulan Nuris. Dia juga aktif sebagai anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net

Related Post