Puasa Ramadan, Penggapai Pahala di Umur yang Hilang
Penulis: Syamsul Huda, S.Sy, M.Pd.*
Puasa Ramadan disyariatkan khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW sebagai sarana pencapaian pahala di umur yang hilang. Umat terdahulu umurnya panjang-panjang, sebagaimana umat Nabi Nuh yang berusia mencapai 950 tahun, tentu pahala yang digapai sesuai ibadah yang dilakukan sepanjang umur itu, sementara usia umat Muhammad sangat pendek, bahkan berbanding ratusan tahun, tentu jumlah ibadah yang dilakukan cenderung lebih sedikit, maka Allah SWT memberi hadiah istimewa kepada umat Islam berupa bulan Ramadan.
Amal di dalam Ramadan berlipat pahala, memiliki Lailatul Qadar dengan pahala seribu bulan, uniknya Allah punya strategi merahasiakan kapan tepatnya malam tersebut, hasilnya hambanya pun berstrategi beribadah giat sebulan penuh agar dapat memastikan diri tidak terlewatkan memperoleh alfu Syahrin (seribu bulan). Mari kita hitung, benarkah bulan Ramadan ini untuk menambal, mengganti kalkulasi ibadah dari umur kita yang hilang, jauh berbanding terbalik dengan umur umat sabiqoh (dahulu).
Pertama, jika Ramadan kita anggap 29 hari, dan satu hari dapat 70 lipat pahala, maka dalam 1 hari sama dengan 70 hari, maka 28 hari sama dengan 1960 hari yang sama dengan 5,4 tahun. Lalu 1 malam Lailatul qadar sama dengan 1.000 bulan yang sama dengan 83 tahun 4 bulan, maka 1 Ramadan akan sama dengan 88 tahun 8 Bulan. Perhitungan ini jika yang kita lakukan hanya satu ibadah saja, padahal di bulan Ramadan banyak sekali ibadah yang bisa kita lakukan, seperti puasa, tarawih, witir, tahajjud, sholat dhuha, shodaqoh (iftor Sho’im), i’tikaf, sholat sunnah qobliyah dan bakdiyah, tadarus, taklim wat ta’allum (kultum) dan lain sebagainya.
(baca juga: Habib Munzir, Pendakwah Lembut dalam Islam)
Anggaplah 10 saja, maka satu Ramadan sudah setara 888 tahun atau anggaplah tetap 88,8 tahun, dengan opsi umat sebelum kita juga melakukan ibadah yang sama 10 di atas, maka untuk mengimbangi pendapatan pahala mereka, bagi kita cukup tempuh 10 Ramadan saja, sudah sebanding 888 tahun.
Sungguh bulan Ramadan yang penuh pahala, walau kita diberi umur cuma 60–70 tahun, namun kita bisa meraih pendapatan pahala umat usia ratusan tahun.
Sumber : Al-Wajiz Fi Ahkam Ash-Shiyam, Sayyid Abdullah bin Mahfudz bin Muhammad Al-Haddad Ba Alwy Al-Hasany Al-Hadromy, h:16
*Penulis adalah aktifis Kajian Bahtsul Masail Kabupaten Jember