Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*
Agama Islam masuk ke pulau Jawa kira-kira sejak abad ke 7 M. Waktu itu saat khalifah Utsman bin Affan mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan ke Jawa Tengah yang masih dalam naungan Ratu Sima. Strategi atau cara ini menarik perhatian Jay Sima dan pada akhirnya masuk Islam. Lalu selang beberapa lama kemudian para saudagar muslim dari Arab makin banyak yang datang ke Jawa Tengah untuk berdagang dan juga diselingi untuk berdakwah menyiarkan agama Islam.
Walisongo sebagai penyebar Islam secara berturut-turut menyebarkan Islam di beberapa Pulau tertentu. Diantaranya yang ikut menyebarkan agam Islam di Jawa yaitu Syaikh Jumadil Kubra, Maulana Maghribi dan lain-lain. Startegi yang digunakan dengan cara membumi menghasilkan percepatan penyebaran Islam di Jawa. Kemudian lahirlah beberapakerajaan Islam di Nusantara, seperti kerjaan Ternate, Sumatra, Kalimantan, dan lain-lain.
(Baca juga: Alam Dalam Milenial 4.0)
Dalam Islam posisi dakwah sangatlah urgensi atau penting karena dakwah merupakan kegiatan untuk merubah masyarakat agar mengikuti perintah Allah, mengajaknya seorang da’I (pendakwah) kepada masyarakat adalah konteks ajakan secara langsung dalam pembentukan rekontruksi sosial untuk didesain dan dipolakan oleh ajaran islam serta mentranformasikan nilai-nilai atau syariat Islam kepada masyarakat, sehingga tercapailah pembentukan masyarakat yang sesuai apa yang Allah inginkan.
Kini eksistensi telah memudahkan untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam di Pesantren adalah seorang kyai yang menjadi panutan bagi para santri. Setelah beberapa lama kemudian, santri boyong dan membawa beberapa ilmu yang telah didapatkan ketika di Pesantren. Lalu santri menyebarkan di masyarakat yang masih minim akan religius. Namun apakah yang dimaksud dengan dakwah?
Menurut beberapa ahli bahasa mengemukakan bahwa dakwah secara terminologi adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.Apabila diartikan secara etimologi dakwah berasal dari kata da’a yad’u da’watan yang artinya mengajak atau menyeru.
(Baca juga: Gema Takbir dan Drama Kenabian Sederet Lomba Semarakkan Hari Besar Islam)
Dakwah merupakan rekontruksi sosial untuk dipolakan oleh ajaran Islam serta mentranformasikan nilai-nilai religius kepada masyarakat, sehinga Islam bisa mencapai pada tujuannya yaitu pembentukan masyarakat.
Secara global tujuan dari dakwah adalah bidikan perilaku agar mau menerima ajaran Islam dan agar bisa mengamalkannya sehingga menjadi tatan hidup yang lebih baik, mulai dari pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Menurut Asmuni Syukir dalam karyanya yang berjudul “Dasar-Dasar Strategi Islam” menyatakan bahwa tujuan dari dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat.
Tidak asing lagi jika disebutkan kata dakwah di telinga kita nama sunan Kalijaga yang merupakan salah satu tokoh Sembilan wali Raden Syahid yang lahir pada 1450 M. wayang kulit yang ada pada saat ini adalah karya inovasi Sunan Kalijaga. Wayang beber kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dibuat menjadi lebih samar seperti karater Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptakan Sunan Kalijaga. Lakon-lakon tersebut dibuat sedemikian rupa, agar dapat membawa nafas Islam pada pertunjukan wayang kulit yang saat itu masih didominasi kebudayaan Hindu Budha.
Dahulu kala pertunjukan wayang kulit yang digelar untuk menyebarkan Islam. Cara menyebarkan Islam dengan pertunjukan wayang kulit ini sangatlah efektif. Kadang karcis pertunjukan ini berbeda-beda, mulai dari wudu’, niat shalat, ataupun gerakan shalat. Tak lama kemudian orang-orang banyak yang masuk Islam karena ajaran para wali yang digelar dengan pertunjukan wayang tersebut.
Bisa kita tarik kesimpulan bahwa penyebaran dakwah bukan hanya dalam segi penyampaian dari mulut, akan tetapi dari segi karya inovasi dengan membuat jalur dakwah lewat pertunjukan wayang kulit yang digelar untuk menarik beberapa orang agar masuk islam. Ternyata setelah kita tahu bahwa umat islam juga sangat kreatif dalam masalah religius sekalipun.
Penulis merupakan siswa kelas XI PK A MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik