Keseimbangan Otak Kanan dan Otak Kiri: Video Edukatif Dalam Penerapan Teori Belajar Hemisphere

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

Secara umum belajar adalah suatu kegiatan dimana guru sebagai provokator, aktor, dan evaluator, sedangkan siswa sebagai bawahan guru atau menjadi peserta yang dimobilisasi oleh guru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial.

(Baca juga: http://Filosofi payung)

Teori pembelajaran bagi siswa perlu diperhatikan, karena hal itulah yang akan menentukan hasil sukses dan tidaknya pembelajaran. Dengan adanya teori pembelajaran siswa akan mendapatkan hasil belajar secara maksimal. Salah satu teori belajar yang menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri siswa adalah teori belajar Hemisphere.

Dalam buku Theories of Learning karya Hargenhahn dan Matthew, teori Hemisphere berpendapat bahwa keseimbangan otak kanan dan otak kiri siswa sangat dibutuhkan, agar siswa mampu menguasai ilmu pengetahuan dengan baik menggunakan otak kirinya, namun siswa juga bisa meningkatkan atau mengembangkan kreatifitasannya dengan otak kanannya. Selain penguasaan ilmu pengetahuan dan kreatifitas, siswa agar bisa lebih bebas menggunakan kedua otaknya untuk memecahkan masalah, membuat inovasi baru, dan lain-lain. Juga, dengan kretifitas yang dikuasainya siswa akan mudah untuk berinteraksidengan lingkungan sosialnya, dan memudahkan siswa untuk berteman.

Keterkaitan tingkat dunia kreatifitas negara Indonesia yang ada di berita website (www.pena.gunadarma.ac.id, Juni, 5, 2017). Dari penelitian yang bisa kita lihat dari peringkat Global Creativity Index, Indonesia menempati peringkat 81 dari 82 negara dalam konteks kreatifitas. Hal tersebut ada kaitannya dengan metode pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan pendidikan yang tertata, diharapkan siswa bisa meningkatkan daya kreatifitasnya dengan diiringi ilmu pengetahuan. Untuk bisa mengoptimalkan nilai, siswa harus mampu menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

Peran media dalam pembelajaran sangat penting untuk dapat dijadikan sebagai alat peraga dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran. Media pembelajaran bisa digunakan siswa lewat panca indera, karena dengan menggunakan media lewat panca indera siswa akan cepat paham, dan juga tidak bosan daripada menggunakan metode pembelajaran “Teacher Center”.

Media pembelajaran menggunakan pemaparan video akan lebih efektif, karena siswa bisa melihat secara langsung bagaimana proses kejadian, seperti menayangkan siklus hujan. Dari itulah siswa bisa berimajinasi. Hal ini bisa menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri siswa.

Pembelajaran menggunakan video edukatif, siswa dapat menerapkan teori belajar Hemishpire dalam proses pembelajaran, dimana siswa tidak terfokus pada ucapan guru, jika siswa hanya terfokus pada ucapan guru, maka siswa akan cepat bosan. Dengan penggunaan video edukatif, maka siswa akan bisa berimajinasi mengenai materi yang ia lihat, menghafal dan lain-lain. Melalui penggunaan metode penayangan video edukatif tersebut, diharapkan siswa bisa menghasilkan inovasi baru dan meningkatkan daya kreatifitas setinggi-tingginya.

Penulis merupakan siswa kelas XI PK A MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post