Penulis: Dewi Ernawati*
Pandemi nampaknya tidak menyurutkan para siswa Nuris dalam berkarya. Setidaknya ada 11 karya ilmiah siswa yang berhasil diterbitkan menjadi sebuah buku. Karya ini digagas oleh para siswa MA Unggulan Nuris yang bertekad untuk berinovasi membangun negeri. Hal ini membuat para siswa berlomba unjuk kebolehan sesuai bakat dan minat masing-masing, sehingga tema yang diusung juga beragam.
Salah satu karya yang sangat solutif untuk menghadapi pandemi berhasil disusun oleh tiga siswa MA Unggulan Nuris. Mereka adalah Ahmad Kamil Ramadhani, Ilham Hafidi, dan Syahidah Dina Ilmasya. Ketiga siswa ini tergabung dalam kelompok ilmiah remaja dengan fokus kajian pengembangan produk. Produk yang mereka hasilkan bisa mengatasi masalah di bidang bahan pangan juga perekonomian masyarakat sekitar.
(Baca juga: Tips Menyiasati Gejolak Biaya Pendidikan Kekinian agar Tak Jebol)
“Pandemi kan sudah dimulai sejak 2019. Dampaknya sudah menjalar kemana-mana, ke berbagai sektor. Jadi kami berusaha untuk memberikan kontribusi dalam sektor pangan dan perekonomian,” terang Ahmad, Kamis (20/5/2021)
Mereka juga menyampaikan bahwa Wakil Menteri Pertahanan juga menyinggung masalah ini. Oleh sebab itu, mereka bertekad untuk mengembangkan produk ketahanan pangan yang efektif dan efesien.
“Kalau beras di Indonesia kan dapat tumbuh dengan baik. Nah masalahnya kalau terigu menunjukkan hal yang sebaliknya. Terigu dari gandum yang kurang cocok untuk ditanam di Indonesia, sedangkan masyarakat sini hampir setiap hari menggunakan terigu dalam mengolah makanan. Makanya kami menciptakan produk “BTS” (Bakpia Tape Sukun) ini biar masyarakat bisa mendapatkan bahan makanan berupa tepung sukun yang kegunaannya sama seperti tepung terigu pada umumnya,” Ujar Ahmad.
Ahmad dan rekan-rekannya juga menambahkan bahwa Indonesia adalah negara yang harus mengimpor 100 persen bahan utama pembuatan tepung terigu. Solusi penggunaan tepung sukun ini mereka tawarkan kepada masyarakat sekaligus mereka uji coba dalam pembuatan makanan yang sama layaknya tepung terigu pada umumnya.
Sukun termasuk tumbuhan yang gampang di temukan di Indonesia. Selain itu, kandungan vitamin C pada buahnya juga cukup tinggi. Hal ini diungkapkan juga bahwa dengan adanya kandungan tersebut bisa memenuhi kebutuhan vitamin C harian pada tubuh mengingat stamina serta angka kebutuhan gizi harus dicukupi dengan baik.
Meneliti dan menghasilkan suatu produk bukan perkara gampang. Prosesnya memang panjang dan memakan waktu yang tidak sedikit. Namun, dari laporan penelitian yang dilakukan menunjukkan respon yang positif. Setidaknya responden pada percobaan pembuatan produk ini setelah dilakukan uji organoleptik berupa rasa, warna, aroma, dan tekstur menunjukkan bahwa produk dari bahan baku pengganti terigu ini hampir tidak bisa dibedakan. Nilai tambah yang ditawarkan pada karya ini bukan hanya produk saja tapi hingga teknik pemasarannya juga. Media sosial baik gambar maupun visual juga dimanfaatkan sebaik mungkin dalam penggunaannya.
Selanjutnya, mereka berharap bahwa apa yang telah mereka hasilkan pada saat meneliti dan mengembangkan produk dapat berguna bagi masyarakat luas. Penggunaannya tidak hanya berhenti pada satu macam produk olahan saja tapi bisa merambah ke yang lain. “Berharap bahwa bahan bakunya bisa digunakan dan juga bisa bermanfaat untuk masyarakat. Juga bisa memberikan solusi untuk Indonesia agar tidak selalu impor gandum,” tambah Ahmad.
*Artikel ini diambil dari salah satu Karya Tulis Ilmiah Remaja (KIR) dari buku Kumpulan Karya Ilmiah Remaja : Santri Berinovasi Berdedikasi Membangun Negeri, karya: Ahmad Kamil Ramadhani, Ilham Hafidi, dan Syahidah Dina Ilmasya. Lembaga MA Unggulan Nuris
Penulis artikel merupakan Guru Bahasa Indonesia SMP Nuris Jember