Penulis: Achmad Faizal*
Peringatan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia memberikan kesempatan bagi setiap lapisan masyarakat untuk merefleksikan perjalanan bangsa serta merencanakan langkah-langkah strategis menuju masa depan yang lebih baik. Bagi para santri, refleksi tersebut tidak hanya tentang mengenang jasa para pendiri negara, tetapi juga tentang peran mereka dalam kemajuan bangsa. Sebagai generasi penerus, santri memiliki tanggung jawab penting dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan, melalui pendidikan dan pengabdian di tengah masyarakat.
(baca juga: Upaya Santri dalam Menangkal Berita Hoaks melalui Nilai-Nilai Aswaja)
Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan panjang dan pengorbanan besar. Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah tonggak bersejarah yang menandai lahirnya negara yang merdeka dan berdaulat. Namun, kemerdekaan tersebut bukanlah akhir dari perjuangan. Sebaliknya, itu adalah awal dari tanggung jawab besar untuk membangun bangsa. Dalam konteks ini, santri sebagai bagian integral dari masyarakat memiliki peran strategis dalam meneruskan cita-cita kemerdekaan.
Santri, yang umumnya mengenyam pendidikan di pesantren, sering kali dipandang sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Pesantren tidak hanya menanamkan ilmu agama, tetapi juga mendidik santri untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berakhlak mulia, dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam peringatan hari kemerdekaan, santri diharapkan untuk merenungkan dan mengevaluasi kontribusi mereka terhadap pembangunan bangsa.
Salah satu aspek penting dari refleksi ini adalah pemahaman tentang nilai-nilai kemerdekaan. Para santri perlu memahami bahwa kemerdekaan bukan hanya sekedar bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari kemiskinan, ketidakadilan, dan keterbelakangan. Pendidikan di pesantren sering kali menekankan pentingnya akhlak dan etika, yang merupakan landasan bagi pembangunan karakter bangsa. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, santri dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan bangsa.
(baca juga: Bedah Buku Karya Santri: Titimangsa Kejayaan Islam)
Pendidikan juga merupakan kunci utama dalam kemajuan bangsa. Santri yang mendapatkan pendidikan di pesantren diharapkan tidak hanya menjadi hafiz Al-Qur’an atau ulama, tetapi juga memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Keterampilan teknis, kemampuan berpikir kritis, dan keahlian dalam bidang tertentu dapat memperkuat posisi santri sebagai pelopor perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, integrasi antara pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum sangat penting.
Selain itu, semangat kebangsaan harus terus dikobarkan. Santri dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung kemajuan bangsa, seperti program pengabdian masyarakat, usaha wirausaha, dan inisiatif sosial. Dalam konteks global, santri juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam era digital dengan cara yang konstruktif.
Peringatan hari kemerdekaan ke-79 seharusnya menjadi momen introspeksi bagi santri untuk menilai sejauh mana mereka telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa. Ini adalah kesempatan untuk memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai kemerdekaan dan memperbarui tekad untuk terus berjuang demi kebaikan bersama.
Dengan refleksi yang mendalam dan komitmen yang kuat, santri dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam masyarakat. Mereka tidak hanya mewarisi kemerdekaan, tetapi juga memiliki peran aktif dalam meraihnya secara lebih substansial melalui pendidikan, pengabdian, dan semangat kebangsaan. Dengan cara ini, santri akan dapat membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang sejati, yaitu bangsa yang adil, makmur, dan beradab.[]
*penulis merupakan guru bahasa Indonesia MA Unggulan Nuris