Pentingnya Makanan Halal

Penulis: Ustaz Kholid*

 

Diceritakan bahwasanya Imam Syafi’i berkunjung ke salah satu muridnya yakni, Imam Ahmad ibn Hambal. Karena kedatangan gurunya, Imam Ahmad menyiapkan hidangan yang sangat mewah untuk Imam Syafi’i. Setelah menyantap makanan yang telah dihidangkan kemudian Imam Syafi’i masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

Di pagi harinya, putri dari Imam Ahmad bertanya kepada ayahnya, apakah dia Imam Syafi’i yang engkau ceritakan kepadaku? Iya anakku, beliau Imam Syafi’i yang aku ceritakan kepadamu, jawab Imam Ahmad. Lalu putrinya berkata, “Aku menemukan tiga keanehan yang ingin kutanyakan kepadamu”.

Yang pertama, ketika engkau menyuguhkan makanan, dia makan dengan sangat banyak? Yang kedua, ketika dia masuk ke kamarnya, dia tidak melakukan salat malam? Yang ketiga, ketika akan salat subuh, dia tidak wudu?

Setelah mendengarkan pertanyaan dari putrinya, Imam Ahmad langsung menemui Imam Syafi’i dan menyampaikan tiga hal tersebut. Kemudian Imam Syafi’i berkata pada Imam Ahmad, “Wahai Ahmad, aku makan banyak karena aku yakin bahwasanya makananmu itu halal, dan Engkau orang yang dermawan, dan makanan orang yang dermawan itu adalah obat, sedangkan makanan orang yang pelit itu penyakit. Aku makan bukan karena aku ingin kenyang, tapi aku ingin berobat dengan makananmu. Kedua mengapa aku tidak salat malam karena ketika aku meletakkan kepalaku untuk tidur, seakan-akan aku melihat al-Qur’an dan al Hadis di hadapanku sehingga aku bisa menjawab 72 pertanyaan yang selama ini belum aku temukan. Jadi, aku tidak memiliki waktu untuk melakukan salat malam. Yang ketiga kenapa aku tidak wudu ketika akan melakukan salat subuh, demi Allah mataku tidak terpejam, sepanjang malam aku dalam keadaan sadar dan aku salat subuh bersamamu dengan wudunya salat isya”.

(baca juga: Bahtsul Masail: Pakai Sajadah tanpa Tahu Pemiliknya di Masjid)

Dikutip dari kitab Anisul Mukminin.

Terlepas dari cerita di atas yang belum tentu kebenarannya, ada 3 pelajaran yang bisa kita ambil.
Pertama, Selalu mengedepankan husnu dzon (berprasangka baik)
Kedua, Pentingnya tabayyun untuk memastikan sebuah kebenaran
Ketiga, Pentingnya makanan halal untuk keluarga kita, bisa jadi kesehatan dan kecerdasan anak anak kita bergantung pada makanan yang kita berikan pada mereka. Bahkan ditegaskan dalam sebuah hadis,

كل لحم نبت من حرام فالنار أولى به

“Setiap daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah lebih utama”.[]

*Penulis adalah guru BMK (Bimbingan Membaca Kitab) di MTs Unggulan Nuris

Related Post