Judul Buku : Nukilan Sastra di Tangan Santri
Judul Karya : Kembalinya Dea
Penulis : Alya Dwi
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan Pertama, November 2021
Jumlah Halaman Buku : 126 halaman
Jumlah Halaman Karya : 5 halaman
ISBN : 978-623-306-530-6
Peresensi : Putri Utami Octaviya, S.Pd
Sinopsis:
Alya Dwi adalah seorang gadis yang sedang menduduki bangku di SMP Nuris Jember. Siapa sangka siswi mungil ini mampu melahirkan sebuah karya pada saat pandemi Covid-19. Masa-masa penuh kejenuhan dan kekhawatiran itu ia manfaatkan untuk menulis sebuah karya hingga saat ini dapat dinikmati oleh banyak orang. Hasil tangan mungilnya itu bersanding dengan 25 karya cerpen lainnya dalam antologi berjudul Nukilan Sastra di Tangan Santri.
Cerita pendek ini mengisahkan seorang anak bernama Nayla Salsabila, dia tinggal di Blora Jawa Tengah. Antusiasnya sangat tinggi untuk menjadi seorang santri. Ayah dan ibunya turut mendukung hal itu. Kemudian mencari referensi pondok pesantren terbaik untuk putri semata wayangnya itu. Mereka sepakat untuk mencari sebuah pondok pesantren yang tak jauh dari tempat tinggalnya agar mudah menengok Nayla ketika rindu mulai datang.
Satu pondok pesantren telah di nobatkan menjadi tempat menempuh ilmu. Pondok itu bernama Al Barokah. Semua administrasi telah dilengkapi sebagai syarat masuknya sebagai siswi sekaligus santri. Ia menempati sebuah kamar yang dijuluki dengan kamar An-Nur 2. Belasan anak menempati kamar tersebut, termasuk Nayla. Salah satu teman kamarnya mulai mendekati dirinya, gadis itu bernama Dea Dwi. Mereka berdua mulai melakukan pendekatan hingga menjadi teman baik.
Hari-hari mereka lalui dengan bahagia. Tiba pada suatu malam yang dipenuhi bintang dilangit. Hembusan angin yang tak terlalu dingin semakin membuat suasana menjadi syahdu. Dalam keheningan malam, terdengar suara tangisan seorang wanita. Ternyata dia adalah Dea. Nayla yang melihat hal itu langsung bergegas mendekati Dea. Ia panik mengapa sahabatnya sedang bersedih. Dengan hati-hati Nayla mencoba menanyakan keadaan Dea. Bukannya mendapatkan sambutan hangat, tetapi malah jawaban ketus yang Nayla dapatkan dari bibir Dea. Tak nyaman dengan kehadiran Nayla akhirnya Dea pergi meninggalkan Nayla.
Keesokan harinya ketika pondok pesantren mendapatkan kabar bahwa Dea kabur meninggalkan pondok dari semalam. Untungnya ia berada dirumahnya. Ibu Dea lah yang mengabari bahwa anaknya pergi meninggalkan pesantren tanpa seizin pihak pesantren. Entah masalah apa yang membuatnya seperti itu. Hingga waktu berjalan dengan cepat. Sudah dua minggu Dea tak kunjung kembali ke pondok pesantren. Nayla sangat rindu padanya. Pihak pondok pun mulai merayu Dea agar kembali ke pondok.
Alhamdulillah kabar baik terdengar di telinga Nayla. Ia sangat bagia mendengar Dea akan kembali ke pondok sore ini. Sore hari pun tiba, Dea kembali menginjakkan kaki di pondok pesantren setelah dua pekan tak berada di sini. Ternyata di pagar pintu masuk terdapat penyemprotan dan pengecekan suhu. Pada saat itu Covid mulai menyebar. Pondok pesantren Al Barokah semakin waspada dengan virus itu. Pengecekan suhu dilakukan guna mengantisipasi terdeteksinya virus covid yang ada di tubuh warga pondok.
Ketika di tes suhu ternyata badan Dea sangat panas. Hingga pihak pondok membawa Dea ke Rumah Sakit terdekat untuk melakukan rapid test. Hasilnya sungguh membuat kaget. Dea terinveksi virus corona dan harus melakukan rawat inap saat itu juga di RS tersebut. setelah mengurusi administrasi, kemudian Ustadzah kembali ke pondok dan memperketat peraturan santri agar mengurasi resiko tertularnya virus Covid.
Keesokan harinya para Ustadzah pondok mengumpulkan anak-anak untuk mengikuti sosialisasi tentang virus Covid. Semua santri sangat antusias dalam mencegah penyebaran tersebut. Mulai dari hal kecil yaitu selalu menggunakan masker dan mencuci tangan setiap saat. Pihak pondok mendukung penuh hal itu hingga mulai menyediakan wastafel pencuci tagan di depan kamar para santri.
Kelebihan:
Cerpen ini menggambarkan situasi yang dihadapi oleh banyak orang, khususnya santri, selama pandemi. Pembaca bisa merasa terhubung dengan pengalaman dan dilema yang dihadapi para tokoh. Konflik batin antara Nayla dan Dea mengenai situasi yang terbatas membawa pesan yang mendalam tentang penerimaan terhadap takdir dan keadaan yang tidak terduga.
Kekurangan:
Cerpen ini menyentuh tema tentang kesulitan dalam menghadapi pandemi, tetapi bisa dianggap kurang kompleks karena hanya fokus pada satu tokoh dan satu pesantren saja. Penceritaan tentang kehidupan pesantren bisa dieksplorasi lebih mendalam. Serta konflik dalam cerita tidak dijabarkan secara rinci penyebabnya. Hingga membuat cerita terkesan kurang menarik.