Judul Buku : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan
Judul Karya : Generasi Emas Pesantren Dimasa Pandemi
Penulis : Sinta Tri Intan
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Maret 2021
Jumlah halaman karya : 7 halaman
Jumlah halaman buku : 197 halaman
ISBN : 978-623-306-531-3
Peresensi : Putri Utami Octaviya
Sinopsis:
Cerpen ini merupakan hasil refleksi sekaligus dokumentasi dari berbagai dinamika yang terjadi di dunia pesantren selama masa pandemi COVID-19. Karya ini lahir dari tangan mungil gadis yang sedang menduduki bangku SMA Nuris Jember bernama Sinta Tri Intan. Penulis menyajikan berbagai perspektif, mulai dari tantangan pendidikan, adaptasi teknologi, hingga peran spiritual dan sosial pesantren dalam menghadapi krisis global.
Kisahnya bermula saat gadis bernama Fika mulai meragukan kasih sayang Allah terhadap hambanya. Ia termenung dengan berjuta pertanyaan “Jika memang Allah cinta kepada hambanya, mengapa harus ada virus ini (Covid-19) yang menyengsarakat rakyat?”. Tak terasa matanya mulai berkaca-kaca. Membayangkan kekacauan di negera ini akibat virus mematikan. Nila datang untuk menangkan kegaduhan dalam diri Fika. Perlahan ia menguatkan kembali bagaimana cara Allah menguji umatnya.
Fika dan teman lainnya harus menghadapi tantangan besar ketika pandemi melanda. Pesantren tempatnya belajar menutup pintu bagi tamu luar termasuk keluarga dan kerabat dekat dari warga pesantren. Bagaikan mimpi buruk yang terus menghantui dunia baru-baru ini. Kini benar-benar telah terjadi mimpi buruk salah seorang santri di pesantren ini. Tanpa aba-aba berita itu tersebar luas dengan cepat bak petir yang menyambar. Bbirpun tak henti-hentinya berbisik dari telinga satu ke telinga lainnya. Pandanganpun menebarkan rasa takut yang semakin menambah derita sang santri yang menjadi korban dari virus mematikan itu.
(Baca juga : Resensi Karya Sastra SMA Nuris Jember : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan)
Eva adalah teman kelas Fika dan Nila yang menjadi korban pengucilan dari siswa lainnya terutama teman-teman sekelasnya. Mereka semua terlihat menjauhi Eva lantaran mendengar kabar bahwa keluarganya positif terpapar Corona. Melihat raut wajah Eva yang murung di bangku pojok kelas membuat Fika dan Nila tak naik darah. Ia menegur semua teman kelasnya dengan nada cukup tinggi. Tak luput juga ia memberikan pengertian bahwa Eva tak tertular virus itu, hanya keluarganya saja. Karena selama ini Eva belum pernah bertemu dengan keluarganya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Eva negatif dari virus Corona. Akhirnya seluruh teman kelasnya meminta maaf kepada Eva atas perbuatan yang kurang terpuji itu.
Kelebihan:
Resensi ini menyoroti semangat, kreativitas, dan daya juang santri dalam menghadapi tantangan. Hal ini memberikan inspirasi dan motivasi, terutama bagi generasi muda. Tak hanya itu, tema cerpen ini sangat kontekstual dengan situasi pandemi yang baru saja dilalui. Banyak pembaca, khususnya di lingkungan pendidikan dan pesantren, bisa merasa dekat dengan topiknya.
Kelemahan:
Jika dibandingkan dari cerpen atau buku motivatif, biasanya konflik cerita ringan dan kurang dramatis, sehingga bisa terasa datar bagi pembaca yang mencari ketegangan atau emosi dalam bacaan.