Penulis: Rintan Setyo Minarti*
Ada banyak hal yang dapat digambarkan ketika kita mendengar kata senja, seperti inda, romantis, siluet, keelokan, estetika, pesona dan lain-lain. Senja ialah perwujudan dari kehidupan manusia, senja yang menutupi sinar ialah perwujudan dari realitas atas suatu mimpi. Manusia tidak selamanya hidup di dalam mimpi.
Menurut Wikipedia Indonesia, Senja atau maghrib adalah bagian waktu dalam hari atau keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Waktu ini dimulai setelah matahari tenggelam saat cahaya masih terlihat di langit hingga datangnya waktu malam (isya) saat cahaya merah (syafak) benar-benar hilang.
Para pecinta seni fotografi sangat mencintai senja, mereka bahkan merelakan waktu untuk dapat membidik senja, begitupun para penulis sastra, kata senja tak akan pernah lupa mereka cantumkan dalam setiap sajak-sajak yang di buat, atau lembar-lembar novel yang dirangkai. Lalu apa sih makna senja bagi kehidupan? Apakah hanya sekedar indah? Berikut ulasannya!
(Baca juga: makna filosofi warna hitam)
Pertama, paduan warna gelap dan terang dalam senja menjadi padanan simbol kebaikan dan keburukan. Ketika senja datang ada paduan antara terang yang indah serta gelap yang eksotis di dalamnya. Simbol gelap dan terang ini jika diibaratkan adalah dua sisi antara baik dan buruk dalam kehidupan. Tentunya dalam kehidupan kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang selalu mengiringi sifat manusia.
Kedua, seperti senja yang selalu dinikmati, hidup tentunya juga harus dinikmati. Senja juga mengajarkan kita bagaimana cara menikmati hidup. Hidup tak melulu soal uang, kerja, karier, namun hidup juga tentang bahagia, oleh karenanya kita sebagai manusia alangkah lebih adil jika dapat memadukan keduanya.
(Baca juga: filosofi payung)
Ketiga, senja mengajarkan kita bahwa keindahan dan kebaikan tidak perlu disuarakan, biarkan orang yang menilai. Nah benar sekali, ketika menjadi orang baik tak perlu kita berkoar-koar jika kita orang baik, biarlah orang lain yang menilainya. Begitupun senja, indah tanpa bersuara.
Keempat, senja mengajarkan kita arti dari kata melepaskan dan ikhlas. Lepasnya siang dan mengikhlaskannya adalah sebuah filosofi yang nyata dalam dunia nyata pula. Menyongsong datangnya malam tentu harus disertai dengan ikhlasnya kehilangan sang siang. Dalam hidup, proses melepaskan dan mengikhlaskan pastinya sering ditemui entah dalam hubungan percintaan, keluarga hingga pekerjaan.
Nah sahabat, itu tadi beberapa filosofi senja dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat ya!
Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id
Penulis merupakan siswa kelas XII IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik