Final Liga Champion dan Kebanggaan Umat Muslim
Oleh: Achmad Faizal*
Pesantren Nuris – Hasil pertandingan Liga Champion Eropa atau yang dikenal dengan UEFA Champoin League (UCL) menjadi trending topic dunia pekan ini (27/05/2018). Betapa tidak, pertemuan antara Tim Raksasa Spanyol, Real Madrid dan Tim Legenda asal Britania Raya, Liverpool menjadi tontonan khas klasik terakhir dari Benua Biru.
Kedua tim tersebut merupakan bagian dari tim legenda sepak bola dunia, khususnya di Eropa. Pertandingan final yang dimenangi Real Madrid dengan skor 3-1 ini, memastikan bahwa Tim asal Ibu Kota Spanyol lah Raja Eropa dalam tiga tahun terakhir. Sebab melalui ahli startegi jitu Zinedine Zidane, Real Madrid memang diakui menjadi tim tersukses di ajang teratas di Eropa tersebut.
Meski banyak drama, peristiwa kontroversi, atau pun pertunjukkan yang memukau dari kedua tim ini, bahkan mengundang banyak jejak pendapat dari kalangan fans atau pun pengamat sepak bola, semua patut kita nikmati dengan legawa atas hasil akhirnya. Real Madirid lah sang jawaranya untuk musim 2017/2018 kali ini. Tak perlu kita memusingkan kefanatikkan dengan berdebat kusir dan buang-buang waktu.
(baca juga: Kebangkitan Santri hingga Hari Kebangkitan Nasional)
Apa pun takkan mengubah pesta Real Madrid merayakan raihan Juara Champion ke-13 kalinya. Namun, yang barangkali perlu kita simak dan cermati adalah bagaimana proses kerja keras Tim Real Madrid sampai menuai sukses seperti ini? Sudah pasti diakui, terlepas atas jasa kebintangan Real Madrid sekelas Cristiano Ronaldo, ada juru racik tim yang sangat berpengaruh atas kesuksesannya. Siapa lagi jika bukan H. Zinedine Yazid Zidane.
Sosok pelontos asal kebangsaan Perancis tersebut bak legenda dalam dongeng saat ini. Sejak meniti karier sebagai pemain hingga pelatih saat ini telah banyak prestasi yang diraihnya. Mulai menjuarai Seria A Italia, La Liga, Champion Eropa, dan Piala Dunia antarklab hingga Piala Dunia tahun 1998 dan Euro tahun 2000. Bahkan Zidane sudah meraih pemain terbaik dunia sebanyak 2 kali dalam kariernya sebagai pemain.
Sungguh istimewa bukan kiprah bang Zidane ini? Pria kelahiran Aljazair ini seorang muslim yang taat dan mampu mengarungi benua samudera biru dengan pengaruh luar biasa. Kita tahu, bahwa Eropa merupakan simbol kemajuan dalam segala aspek, maka menguasainya sungguh menjadi pujaan setiap mata. Tak terbayang bukan, seorang muslim berdiri tegak atas kiprah yang mumpuni dan dipuja-puja di sana.
Di saat sentimental Muslim dunia sudah mulai gonjang-ganjing karena ulah oknum teroris dengan mengatasnamakan jihad, Zidane hadir bak butiran salju di musim semi. Namanya melambung sebagai pahlawan di Real Madrid, Eropa, bahkan dunia. Namanya tercatat dalam noktah sejarah sepak bola. Diakui dunia atas kehebatannya sebagai sosok legenda sepakbola dan pelatih tersukses di dunia.
(baca juga: Halaman Pertama Buku Ramadlan dan Hari Buku Nasional 2018)
Selain kisah sukses Zidane sebagai muslim taat yang berperan dalam final UCL tersebut, terdapat 6 pemain muslim yang turut membawa stigma baik untuk kiprah umat muslim dunia saat ini. Dari Real Madrid ada Luca Zidane (Kiper ketiga/Perancis), Achraf Hakimi Mouh (fullback/Maroko), dan Karim Mustafa Benzema (Striker/Perancis), sedangkan di Liverpool ada Mohammad Salah (Striker/Mesir), Sadio Mane (Striker/Senegal), dan Emre Can (Midfielder/Jerman).
Dalam pertandingan final yang dimenangi Madrid ini, Karim Benzema menyumbangkan 1 goal untuk Real Madrid dan Sadio Mane menyumbang 1 goal untuk Liverpool. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan anak bawang dalam pertandingan bergengsi tersebut. Bahkan, dalam rentang April hingga Mei 2018, Mo Salah, menjadi popular news dunia berkat kehebatannya di lapangan hijau bersama Liverpool.
Torehan 32 goalnya di premiere league mengantarkannya meraih prestasi sebagai top scorer dan pemain terbaik liga Inggris musim 2017/2018 kali ini. Banyak pemberitaan dunia menyebutkan pengaruh dan kiprahnya di dunia sepak bola. Pemain nasional Mesir ini pun menjadi idola baru baik di dalam lapangan dan luar lapangan. Kehebatannya dalam menggiring bola dan mencetak goal, menjadikan Mohammad Salah sebagai pemain muda yang bakal menjadi bintang masa depan. Bahkan digadang-gadang sebagai calon peraih ballon d’or di tahun-tahun berikutnya.
Di bulan Ramdlan ini pula, keenam pemain muslim yang terlibat dalam pertandingan final UCL 2018 tetap fokus melaksanakan ibadah puasa, termasuk sang pelatih ulung, Zidane. Meski pressure dan tantangan besar harus mereka lalui, kewajiban tetap kewajiban yang harus mereka laksanakan sebagai umat muslim yang beriman. Salut!
Kiprah demi kiprah umat muslim di Eropa semoga dapat memantik semangat kita untuk terus meraih prestasi terbaik sesuai dengan bidang yang kita kuasai. Umat Muslim tidak sedang tertidur dan bermimpi untuk menjadi sosok berpengaruh di dunia, tinggal menunggu waktu saja bukan. Dengan catatan, asal kita mau dan mampu, istiqomah dan berikhtiar, tekun dan ikhlas dalam beramal, insya Allah pasti bisa. Kebangkitan mereka, kebangkitan muslim, kebangkitan kita.
*staff pengajar bahasa dan sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris
Mo Salah berjibaku (jersey merah) saat final kemarin