Berzikir Mengingat Allah

Penuli: M. Fuad Abdul Wafi*

Berzikir dengan Nama Tunggal (al-Ism al-Mufrad) yaitu dengan lafal Allah saja, atas Nama-nama lain yang terdapat dalam al-Asma’ al-Husna, bukan perbuatan bid’ah, melainkan perbuatan Sunnah yang dianjurkan dalam al-Qur’an dan Hadits. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:

قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ (91)

“Katakanlah “Allah”, kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS al-An’am : 91).

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan Nabi SAW agar mengatakan kalimat Allah. Berarti orang yang mengatakan lafal Allah secara tunggal dapat pahala. Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا (8)

“Sebutlah Nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS al-Muzzammil : 8).

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar menyebut Nama-Nya. Kalau ada yang bertanya, siapa Tuhanmu? Tentu Nama Tuhan yang paling populer adalah Nama, Allah. Berarti ayat ini memerintahkan untuk berdzikir dengan dzikir apa saja, termasuk dzikir dengan Nama Tunggal. Dalam hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِى الأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ ».

“Dari Anas, Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi, sehingga di muka bumi tidak ada yang menyebut, “Allah, Allah.” (HR. Muslim [392]).

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُولُ اللَّهُ اللَّهُ ».

“Sahabat Anas berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi ketika ada seseorang yang berkata, Allah Allah.” (HR. Muslim [393]).

Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa kiamat akan terjadi, ketika tidak ada seorang pun di muka bumi yang menyebut, Allah Allah. Dalam kisah keislaman Sahabat Bilal RA disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : أَوَّلُ مَنْ أَظْهَرَ إِسْلاَمَهُ سَبْعَةٌ : رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَبُو بَكْرٍ ، وَعَمَّارٌ ، وَأُمُّهُ سُمَيَّةُ ، وَصُهَيْبٌ ، وَبِلاَلٌ ، وَالْمِقْدَادُ ، فَأَمَّا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَمَنَعَهُ اللَّهُ بِعَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ ، وَأَمَّا أَبُو بَكْرٍ ، فَمَنَعَهُ اللَّهُ بِقَوْمِهِ ، وَأَمَّا سَائِرُهُمْ فَأَخَذَهُمُ الْمُشْرِكُونَ ، فَأَلْبَسُوهُمْ أَدْرَاعَ الْحَدِيدِ ، وَصَهَرُوهُمْ فِي الشَّمْسِ ، فَمَا مِنْهُمْ إِنْسَانٌ إِلاَّ وَقَدْ وَاتَاهُمْ عَلَى مَا أَرَادُوا ، إِلاَّ بِلاَلٌ ، فَإِنَّهُ هَانَتْ عَلَيْهِ نَفْسُهُ فِي اللهِ ، وَهَانَ عَلَى قَوْمِهِ ، فَأَعْطَوْهُ الْوِلْدَانَ ، وَأَخَذُوا يَطُوفُونَ بِهِ شِعَابَ مَكَّةَ ، وَهُوَ يَقُولُ أَحَدٌ ، أَحَدٌ.

Sahabat Abdullah bin Mas’us radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Orang yang pertama kali menampakkan keislamannya adalah tujuh orang; yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Ammar dan ibunya yang bernama Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan a-Miqdad. Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah melindunginya dengan perantara pamannya Abu Thalib. Sedangkan Abu Bakar, Allah melindunginya dengan perantara kaumnya.

(baca juga: Kyai Ahmad Sahal Mahfudh, Sosok Psikolog Muslim)

Sedangkan yang lain, maka orang-orang musyrik telah menyiksa mereka. Orang-orang musyrik memakaikan mereka dengan baju besi dan melelehkannya dalam sinar Matahari. Tidak ada seseorang di antara mereka, kecuali melakukan apa yang mereka kehendaki. Kecuali Bilal. Maka ia telah mengorbankan dirinya kepada Allah. Ia dipandang rendah oleh kaumnya. Mereka menyerahkannya kepada anak-anak. Mereka mengaraknya ke jalan-jala di bukit Makkah, sedangkan ia berkata, Ahad Ahad (Yang Maha Esa, Yang Maha Esa). (Hadits hasa riwayat Ahmad dalam al-Musnad [3832]).

Dalam hadits di atas, sahabat Bilal, ketika disiksa oleh orang-orang Musyrik, beliau menghadapi mereka dengan berdzikir, Ahad Ahad, Nama Tunggal (al-Ism al-Mufrad), di antara Nama-nama Allah yang terdapat dalam al-Asma’ al-Husna.

Dengan demikian, dalil-dalil di atas mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa berzikir dengan Nama Tunggal (al-Ism al-Mufrad), dengan lafal al-Jalalah (Allah) atau Nama-nama lain yang terdapat dalam al-Asma’ al-Husna, bukan termasuk amalan bid’ah seperti yang dikatakan oleh orang-orang Salafi-Wahabi. Berdzikir dengan Nama Tunggal, telah diperintahkan dalam al-Qur’an dan berlangsung sejak masa-masa awal Islam.

*Penulis adalah alumni PP. Sidogiri, Pasuruan

Related Post