Lebih Bijak dengan dan Kehidupan Sosial
Oleh: M. Izzul Aroby*
Sudah menjadi pemandangan lazim, mulai dari pusat perbelanjaan hingga warung warung di pinggir jalan, para kaula muda menunduk takzim memandangi smartphonenya masing masing. Ya, smartphone. Suatu benda kecil yang sudah menjadi “kekasih” bagi kebanyakan orang di Indonesia. Keberadaannya sungguh sangat membantu aktivitas manusia. Berkat smartphonepula, manusia bisa berkomunikasi dengan mudah, menjual membeli tanpa bersusah payah, bermain game tanpa harus datang ke rental, dan banyak kebaikan lain yang telah smartphone berikan kepada kita.
(Baca juga: Pemuda Ansor Cabang Situbondo Mengaji Aswaja ke Pesantren Nuris Jember )
Di balik manfaat pasti ada mudharat (bahaya), hal ini juga berlaku pada smartphone. Keberadaanya yang membantu manusia, smartphone juga dapat memberi efek samping bagi kehidupan manusia, salah satu efek tersebut adalah kurangnya interaksi antarsesama.
Seseorang apabila sudah terlanjur kecanduan dan cinta pada smartphone cenderung akan lebih memperhatikan smartphonenya daripada seseorang yang ada di sampingnya.
Ahli psikologi Dra Kasandra Putranto mengatakan “Kehadiran smartphone membuat orang sering lupa dengan manfaat dari berinteraksi sosial secara langsung. Seperti, melalui sebuah dekapan, kehangatan, dan cinta yang tidak dapat disampaikan dengan sejuta pesan apa pun. Sayangnya, budaya interaksi sosial secara langsung ini pun kian menurun.”
Apa yang dikatakan Dra Kasandra Purwanto sejalan dengan realita yang ada, banyak kita temui ketika asyik ngobrol bareng kemudian salah satu antara teman kita sibuk dengan smartphonenya maka suasana ngobrol pun menjadi tidak seasyik sebelumnya. Hal ini menyebabkan rasa kebersamaan akan berkurang.
(Baca juga: Pesantren Nuris Jember Kedatangan Tamu Istimewa dari Makkah )
Kesenangan yang berlebihan memainkan smartphone juga berdampak pada tereduksinya waktu produktif kita. Menurut salah satu pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dimitri Mahayana: sekitar 5—10 persen smartphone mania atau pecandu smartphone terbiasa menyentuh smartphone-nya sebanyak 100—200 kali dalam sehari. Jika waktu efektif manusia beraktivitas 16 jam atau 960 menit sehari, dengan demikian orang yang kecanduan smartphone akan menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit sekali.
Bisa dibayangkan jika setiap hari kita menyentuh smartphone 4,8 sekali. Maka sudah tidak terhitung lagi berapa banyak waktu yang kita buang percuma. Smartphone juga telah sedikit banyak merubah kebiasaan kita. Dahulu sebelum kecanduan smartphone selalu berdoa sebelum makan, tetapi setelah kecanduan bukan doa sebelum makan yang dilantunkan melainkan memposting makanan di facebook ataupun media sosial yang lain.
Dulu, sambil mengantre di tempat umum saling bertegur sapa dengan teman yang berada di sampingnya walaupun belum kenal, tetapi setelah kecanduan smartphone yang dilakukan adalah mengantre sambil memainkan smartphone yang ada di tangannya. Dan masih banyak contoh lain yang mengarah ke arah negatif kalau kita tidak bisa mengendalikan smartphone yang kita punya.
Penulis bukan bermaksud menggurui ataupun menyalahkan pengguna smartphone tetapi marilah bersama-sama menggunakan smartphone dengan baik dan bijak, karena dengan menggunakan smartphone dengan bijak maka kita tidak akan terjebak dan miskomunikasi dengan teman sebelah kita.
Semoga Bermanfaat.
*Siswa kelas XII IPA MA Unggulan Nuris Jember
*)Artikel ini adalah artikel analisis tugas Ekskul Jurnalistik