Gelar Santri

*Penulis: M Ilyas

Penulis adalah salah satu siswa kelas XII IPA MA Unggulan Nuris Jember*

Bangun bersama kepakan ayam kampong dini. Bertanda embun pagi akan segera mencungkil mataku ini. Dia bersahut tak tau malam masih berlayar di pari.Terpaksa aku beranjak dari dekapan bumi. Bangun…

Suara seorang yang keras samba lpatroli dengan kayu. Benar saja tembok bamboo kamarku berderu,walau mataku masih di talirantai. Tetap saja dengan terpaksa bangun bertongkat gontai.

Kawan,aku santri…Anak yang bangun pagi. Untuk menarik surya hanya dengan sapi. Sapi pembajak sawah milik kyai. Dia sering kusebut surah alquran penyejuk hati.

Aku santri…Begitu pula temanku ini, Kemal. Berba dan tulang diluar kulitnya. Sama seperti cerminaku, tidak jauh beda. Biasa, hanya seonggok nasi yang kami punya.

(Baca juga: Rahasia Di Bilik Pesantren)

Aku santri…Bernapas syariat berdarah lillahi. Meniti jalan jembatan karya ilahi. Supaya aku cepat mendaki ke sorgawi.

Kawan…Nikmat jadi kaum sarung, bermahkota bundar. Rapi berderet sewaktu akan sowan pada rajanya. Tetap di tempat, tapi sering berkelana. Menyelam di lautan kuning dalam. Bertepi diselimuti tinta kolim. Itu aku, rumah tugasku hingga mati.

 

 

 

 

Related Post