*Penulis: Annida Balqis
Siapa tak mengenal ilmuan Islam yang berbakat dalam ilmu kedokteran, dia adalah Ibnu Sina. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Husin Abdullah Ibn Ali Ibnu Sina. Dalam penyebutan Ibnu Sina, para ulama sedikit terdapat perbedaan pendapat. Sebagian ahli sejarah mengatakan nama Ibnu Sina sendiri diambil dari bahasa latin Aren Sina, namun sebagian lainnya mengatakan bahwa nama Ibnu Sina diambil dari kata Al-Shin yang berarti negeri Cina, namun dilain pendapat juga ada yang mengatakan nama Ibnu Sina dihubungkan dengan nama kelahirannya yaitu, Afshana.
Pada tahun kelahiran Ibnu Sinapun terdapat banyak perbedaan pendapat dari golongan ulama. Menurut pendapat Al Qibti dan Ibnu Khalkan, Ibnu Sina lahir di Ashihanah pada tahun 370 H /980 M. Sedangkan menurut Ibnu Abi Ushaibah, Ibnu Sina lahir sekitar tahun 375 H/985 M, 373 H/ 983 M. Pendapat dari Muhammad Uthman Nafati adalah sekitar bulan Safar 980 M.
Ayah Ibnu Sina bernama Abdullah. Beliau tinggal di Balkha dan menganut aliran Shiah Ismailiyah, namun meski terdapat perbedaan aliran antara Ibnu Sina dengan Ayahnya, Ibnu Sina tetap selalu patuh pada perintah ayahnya selama itu tidak menyangku pautkan dengan apa yang di percaya Ibnu Sina. Ibundanya sendiri bernama Astarah, dan lahir di Afshana.
Pendidikan yang dikelami oleh Ibnu Sina bersifat Ensiklopedik yaitu, Tata bahasa, Geometri, Kedokteran, Hukum, dan Teologi. Dia mendalami Tata bahasa Arab dari gurunya yang bernama Abu bakar ahmad Ibnu Muhammad al Barqi Al Khawarizmi. Sedangkan ilmu Ahlaq, ilmu Tasawwuf, dan ilmu Fiqh didapat dari gurunya yang bernama Ismail Az zahid. Pada umurnya yang masih belia, sekitar 10 tahun beliau mempelajari ilmu filsafat kepada teman ayahnya yang benama Abu Abdullah Natali yang pada saat itu adalah seorang Multafasit.
Pada umurnya yang ke 16 tahun, Ibnu Sina sudah mampu berkarya. Karya tersebut merupakan kitab hukum Islam, Filsafat, Ilmu Alam, Ilmu Mantiq, dan matematika. Ibnu Sina sama dengan manusia lainnya, dia kurang memahami Ilmu Metafisika. Pernah beliau membaca Metafisika karya Aristoteles sampai 40 kali, namun belum juga beliau pahami. Namun beliau tidak menyerah, kemudian beliau meneruskan Risalah Al Farabi yang berjudul On The Intentions Of The Metaphysics, Barulah beliau bisa memahami ilmu Metafisika.
(baca juga: Semakin Terinspirasi dengan Sosok Imam Busyiri)
Pada umunya yang ke 17 tahun, Ibnu Sina namanya sudah masyhur di kalangan Ahli kedokteran lainnya. Kemudian beliau melanjutkan mempelajari ilmu Kedoteran di perpustakaan pribadi milik Amir Nuh Ibn Mansur (Raja Balkha). Saat itulah Ibnu Sina mencapai puncak kemahiran ilmu pengetahuan.
“Semua buku yang aku inginkan, ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang bahkan kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiripun belum pernah melihatnya dan tidak pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya. Ketika usiaku 18 tahun aku telah berhasil menyelaesaikan semuanya.” Ibn Sina.
Pada usianya yang memasuki 18 tahun, Ibnu Sina membantu tugas Amir Nuh Ibnu Mansur menyusun kumpulan pemikiran Filsafat. Disaat usianya sudah 20 tahun, ayah beliau meninggal, dan keadaan politik di negeri tersebut ricuh. Ibnu Sinapun meninggalkan daerahnya dan pergi ke Karkang, ibu kota dari negeri Alkhawarizmi berdiam. Kemudian Ibnu Sina pindah ke Razi dan bekerja pada Assayidah dan putranya Madjid Al Daulah, untuk membantu menyembuhkan.
(baca juga: Abu Muhammad bin Musa al-Khwarizmi, Ahli Matematika Berpengaruh di Dunia)
Ibnu Sina wafat pada hari Jumat, 428 H/ 1037 M diumurnya yang berkisar 58 tahun dan dimakamkan di Hamadan, Iran. Karya-karya dari Ibn Sina di antaranya Kitab Qonun Fi Al Thibb, Kitab As-Syifa, Kitab An Najat, Kitab fi Aqsami Al Ulumi Al Aqliyah, dan Kitab Lisanu Al Arab Al Isharat wa Al Tanbihat.
Penulis merupakan siswa SMA Nuris Jember, kelas XI IPA 2. Penulis aktif sebagai anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net