Penulis: M. Iqbal Fathoni/MN
Sebagaimana tercantum di dalam QS. An-Naba ayat 8, bahwasanya Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan, yang pada akhirnya, ketika Allah menghendaki, mereka akan mendapatkan suatu karunia sekaligus amanah dan titipan dari Allah, yang biasa kita sebut dengan keturunan (anak). Pada saat itu pula, tidak ada lagi yang mereka idam-idamkan melainkan mendapatkan keturunan yang shaleh atau shalehah. Bukan hanya dari kalangan orang-orang biasa yang mengidam-idamkannya, para Nabu terdahulu pun juga sama mengidamkan keturunan yang shaleh.
Pertanyaannya adalah mengapa harus anak shaleh atau shalehah yang menjadi idaman bagi para orang tua? Anak shaleh mencakup segala aspek keinginan dari orang tua. Perbedaan antara anak yang shaleh dengan anak yang baik yaitu, baik belum berarti shaleh, tetapi anak shaleh sudah pasti baik. Itulah mengapa keshalehan seorang anak menjadi nomor satu bagi para orang tua.
(baca juga: Anggunnya Iman Berkat Akhlak yang Menghiasi)
Point terpenting lainnya dari anak yang shaleh yakni akan bermanfaat bagi orang tua di tiga alam yakni; alam dunia ini sendiri, alam barzakh (alam kubur), dan juga alam akhirat. Ketia si anak ini ditakdirkan oleh Allah menjadi orang yang kaya, dia pasti akan merasa bahwa kekayaannya bukan semata-mata hasil dari keringatnya sendiri, melainkan juga ada orang tunya yang selalu mengiringi. Oleh sebab itu, tidak jarang kita temui seorang anak yang melengkapkan rukun Islam orang tuanya (haji), kemudian dibangunkan rumah baru, mencukupi kebutuhan orang tua, dan sebagainya. Itulah keistimewaan yang diperoleh orang tua semasa hidup di dunia. Selanjutny, ketika meninggal, maka pasti akan membawa dosa dan pahala. Anak yang shaleh tentu tidak akan lupa untuk mendoakan orang tanya setiap saat, setiap saat, minilah setelah mengerjakan shalat maktubah. Pada waktu itu juga, dosa orang tua akan dihapus sedikit demi sedikit sekaligus Allah Swt tambahkan pahala sedikit demi sedikit pula. Itulah bentuk keistimewaan yang diperoleh orang tua ketika dirinya sudah terbaring kaku di bawah gundukan tanah.
(baca juga: Guru; Dihormati dan Dihargai)
Dalam kirab Ihya’ Ulum al-Din dijelaskan bahwa kelak ketika semua manusia berkumpul di padang mahsyar untuk melakukan penghisaban amal, ada sekelompok orang yang pada waktu itu sangat ricuh sehingga sampai mengganggu prosesi hisab itu sendiri. Itulah kemanfaatan terakhir yang akan diperoleh para orang tua yang berhasil menjadikan keturuanan yang shaleh atau shalehah.