Penulis: Deli Anisa
Bintang, kata yang menyenangkan bukan? Pertama mendengarnya pasti sudah terbayang gelapnya langit yang bertaburan ribuan bahkan jutaan kilauan indah. Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahayanya sendiri. Ia menjadi lentera bagi seluruh alam dan begitu dimuliakan. Bintang selalu dijadikan simbol sesuatu yang istimewa misalnya, bintang di kubah masjid, di atas gereja, di atas pohon natal. Bahkan, pangkat TNI/Polri juga menggunakan simbol bintang.
(baca juga: Apa Sih Makna Olahraga Sepak Bola untuk Santri?
Selain itu, siswa teladan dinamakan bintang pelajar, pemain bola professional disebut bintang lapangan, aktor/aktris papan atas disebut bintang film. Tidak hanya itu, simbol pancasila sila ke satu adalah bintang yang melambangkan “ Ketuhanan Yang Maha Esa”. Presiden dan tokoh-tokoh terdahulu tidak akan sembarangan memilih simbol untuk negara. Bintang dijadikan pandangan kita dalam hidup dan bernegara.
Bintang dianggap mulia karena ia menerangi seluruh alam. Selain menghiasi malam, kita juga dapat mengambil pelajaran penting dari sang nujum. Sebuah quotes mengatakan “ Hiduplah layaknya bintang yang sekuat tenaga menjaga kilaunya bukan semata untuk bersombong atau menonjolkan dirinya tapi lebih untuk menyinari sekitarnya dari dingin dan gelapnya malam.”. Sebagai makhluk tak berdaya kita tidak pantas untuk sombong, hanya gusti Allah pemilik kesempurnaan. Bintang mengajarkan kita arti bermanfaat bagi sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Untuk menjadi bintang yang bersinar patutnya kita menghindari hal hina seperti mengejar harta, dan tahta. Terlebih menggunakan cara yang tidak wajar dengan menghalalkan segala cara. Hal tersebut takkan membuat kita semakin dipandang baik malah membuat kita menjadi orang yang buruk nama baiknya. Mulia bukan dilihat dari banyak harta dan pangkatnya, tapi mulia dilihat dari akhlak dan moralnya.
(baca juga: Banggakan Orang Tua dengan Nilai Akademis Memuaskan, Gimana Caranya?)
Dalam Alquran surah Al-Mujadilah ayat 11 menjelaskan :Jadilah kita orang yang berilmu dan berakhlak. Percuma ilmu melimpah tapi akhlaknya buruk. Memang lebih baik orang berakhlak dari pada orang berilmu, tapi sempurnanya orang adalah punya ilmu dan akhlak karena dua hal ini bagaikan matahari kepada siang dan bulan kepada malam. Jadilah bintang maka keilmuan akan datang sendiri. Semoga apa yang telah kita pelajari diatas dapat bermanfaat dan jangan lupa untuk selalu menyebar kebaikan dimanapun kita berada.
Penulis adalah siswa SMA Nuris Jember kelas X IPA 1. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net