Oleh: M. Fuad Abdul Wafi
Kemuliaan Utsman bin Affan
Sayidah Aisyah berkata kepada Rasulullah r:
دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ
“Abu Bakar masuk kau tidak rapi-rapi untuknya dan tidak peduli. Kemudian Umar masuk kau tidak rapi-rapi untuknya dan tidak peduli. Kemudian masuk Utsman, kau duduk dan merapikan pakaianmu.” Maka Rasulullah bersabda: “Apakah aku tidak malu kepada laki-laki yang malaikat saja malu kepadanya?” (HR. Muslim).[1]
Kemuliaan Utsman bin Affan
Rasulullah bersabda;
مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ
“Tidaklah membahayakan bagi Utsman apapun yang dia lakukan sesudah hari ini.” (HR. At-Tirmidzi).[2]
Kesyahidan Utsman Diakui oleh Rasulullah;
Saat Nabi Muhammad bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman y di atas gunung uhud, lantas gunung Uhud bergoncang dan Rasul berkata;
اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ
“Diamlah wahai Uhud, yang berada di atasmu adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid.” (3675).[3]
Jaminan Surga dari Rasulullah untuk Utsman bin Affan
Rasulullah bersabda;
مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ فَجَهَّزَهُ عُثْمَانُ
“Barangsiapa yang membantu persiapan Jaisyul ‘Usrah, maka baginya surga.” “Maka Utsman memberikan bantuan.” (HR. Al-Bukhari).[4]
Teman Dekat Rasulullah di Surga Adalah Utsman
أِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ رَفِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَرَفِيقِي فِيهَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ
Bahwa Rasululaah r bersabda, “Setiap Nabi memiliki teman karib di surga, dan teman karibku di surga adalah Utsman bin Affan.” (HR. Ibnu Majah).[5]
Salah Satu Keutamaan Utsman
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَ عُثْمَانَ عِنْدَ بَابِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا عُثْمَانُ هَذَا جِبْرِيلُ أَخْبَرَنِي أَنَّ اللهَ قَدْ زَوَّجَكَ أُمَّ كُلْثُومٍ بِمِثْلِ صَدَاقِ رُقَيَّةَ عَلَى مِثْلِ صُحْبَتِهَا
Nabi bertemu Utsman di depan pintu masjid, kemudian beliau bersabda, “Wahai Utsman, ini adalah Jibril, dia mengabarkan kepadaku bahwa Allah telah menikahkanmu dengan Ummu Kultsum dengan mahar seperti yang diberikan kepada Ruqayyah dan sebagaimana kamu hidup bersamanya.” (HR. ath-Thabrani).[6]
Cinta Rasulullah terhadap Utsman
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ وَدِدْتُ أَنَّ عِنْدِي بَعْضَ أَصْحَابِي قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَدْعُو لَكَ أَبَا بَكْرٍ فَسَكَتَ قُلْنَا أَلَا نَدْعُو لَكَ عُمَرَ فَسَكَتَ قُلْنَا أَلَا نَدْعُو لَكَ عُثْمَانَ قَالَ نَعَمْ فَجَاءَ فَخَلَا بِهِ فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَلِّمُهُ وَوَجْهُ عُثْمَانَ يَتَغَيَّرُ قَالَ قَيْسٌ فَحَدَّثَنِي أَبُو سَهْلَةَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ قَالَ يَوْمَ الدَّارِ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَهِدَ إِلَيَّ عَهْدًا فَأَنَا صَائِرٌ إِلَيْهِ وَقَالَ عَلِيٌّ فِي حَدِيثِهِ وَأَنَا صَابِرٌ عَلَيْهِ قَالَ قَيْسٌ فَكَانُوا يُرَوْنَهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ
Dari Aisyah ia menuturkan, Rasulullah r bersabda di waktu sakitnya, “Ingin rasanya jika sebagian sahabatku ada di sisiku.” Kami lalu bertanya; “Ya Rasulullah, apakah perlu kami memanggil Abu Bakar untukmu?” Beliau terdiam. Kami bertanya lagi, “Apakah perlu kami memanggil Umar untukmu?” Beliau masih terdiam. Kami lalu bertanya lagi; “Apakah perlu kami memanggil Utsman untukmu?” Beliau menjawab, “Ya.” Lalu Utsman pun datang dan menyendiri dengannya. Kemudian Nabi r berbicara kepadanya, hingga wajah Utsman berubah. Qais berkata, “Telah menceritakan kepadaku Abu Sahlah mantan budak Utsman, Utsman bin Affan berkata di hari pengepungan rumahnya, “Sesungguhnya Rasulullah r telah menjanjikan kepadaku sebuah janji dan aku akan tetap memegang janji itu.” Dan Ali menyebutkan dalam haditsnya, “Aku akan bersabar di atasnya.” Qais berkata; “Maka mereka membunuhnya pada hari itu.” (HR. Ibnu Hibban).[7]
(baca juga: Siapakah yang Berhak Menggunakan Al-Quran dan Hadis?)
Utsman Adalah Sahabat Nabi yang Paling Pemalu
Rasulullah bersabda;
أَرْحَمُ أُمَّتِيْ أَبُو بَكْرٍ وَأَشَدُّهَا فِى دِينِ اللهِ عُمَرُ وَأَصْدَقُهَا حَيَاءً عُثْمَانُ وَأَعْلَمُهَا بِالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَقْرَؤُهَا لِكِتَابِ اللهِ أُبَىٌّ وَأَعْلَمُهَا بِالْفَرَائِضِ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ
“Orang yang paling penyayang di antara umatku ada-lah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang al-Quran adalah Ubai dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai orang terpercaya dan orang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad).[8]
Jaminan Surga untuk Utsman bin Affan
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ غِيَاثٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَائِطٍ مِنْ حَائِطِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ مُتَّكِئٌ يَرْكُزُ بِعُودٍ مَعَهُ بَيْنَ الْمَاءِ وَالطِّينِ إِذَا اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَإِذَا أَبُو بَكْرٍ فَفَتَحْتُ لَهُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَذَهَبْتُ فَإِذَا هُوَ عُمَرُ فَفَتَحْتُ لَهُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ آخَرُ قَالَ فَجَلَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تَكُونُ قَالَ فَذَهَبْتُ فَإِذَا هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ قَالَ فَفَتَحْتُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ وَقُلْتُ الَّذِي قَالَ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَبْرًا أَوْ اللَّهُ الْمُسْتَعَانُ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna Al ‘Anazi, Telah menceritakan kepada kami ibnu Abu ‘Adi dari ‘Utsman
bin Ghiyats dari Abu ‘Utsman An Nahdi dari Abu Musa Al Asy’ari, dia berkata,
“Pada suatu ketika Rasulullah r sedang berada di
salah satu kebun Madinah sambil bersandaran beliau menancapkan batang pohon
ketanah yang berair. Tiba-tiba seseorang datang meminta dibukakan pintunya.
Beliau bersabda, “Bukakanlah, dan berilah kabar gembira kepadanya dengan
surga.” Abu Musa berkata, “ternyata yang datang Abu Bakar, maka aku pun
membukakan untuknya dan mengabarkan tentang kabar gembira baginya berupa surga.
Lalu ada seseorang yang lain datang meminta dibukakan pintunya. Beliau
bersabda, “Bukakanlah, dan berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.” Abu
Musa berkata; ternyata yang datang Umar, maka aku pun membukakan untuknya dan
mengabarkan tentang kabar gembira baginya berupa surga. Lalu ada seorang yang
lain lagi datang meminta dibukakan pintunya. Abu Musa berkata, Nabi pun
kemudian duduk seraya bersabda, “Bukakanlah, dan berilah kabar gembira
kepadanya dengan surga atas musibah yang akan menimpanya.” Abu Musa berkata,
“Aku pun mendatanginya dan ternyata yang datang Utsman, maka aku bukakan
untuknya dan mengabarkan kepadanya tentang kabar gembira baginya berupa surga
dan apa yang Rasulullah sampaikan untuknya. Lalu Utsman menjawab, “Ya Allah
sabarkanlah aku atau Allahlah satu-satunya penolong!”. (HR. Muslim).[9]
[1] Shahih Muslim, hadis no (2401).
[2] Sunan Tirmidzi, hadis no (3701).
[3] Shahih al-Bukhari, hadis no (3675).
[4] Ibid, hadis no (2626).
[5] Sunan Ibnu Majah, hadis no (109).
[6] Ath-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, hadis no (1063).
[7] Shahih Ibnu Hibban, hadis no (356).
[8] Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 3 hal 184.
[9] Shahih Muslim, no (4416).