Penulis: Mohammad Ulil Albab*
Nama asli beliau adalah Raden Mas Syahid Putra dari Tumenggung Wilatika (Adipati Tuban) yang menurut beberapa sejarah beliau lahir pada sekitar abad ke 14, yang kemudian menjadi begal untuk menolong rakyat miskin dengan samaran Lokajaya. Akhirnya bertobat dan menjadi anggota dewan wali sembilan dengan panggilan Sunan Kalijaga serta menjadi guru Ruci orang jawa. Beliau mempunyai banyak karya, akan tetapi yang sampai sekarang masih sering dibudayakan oleh orang jawa ada tiga karya, yaitu sebagai mana yang akan saya ungkap berikut.
Wayang Kulit Dan Serat Dewa Suci
Pada mulanya wayang yang digunakan Sunan Kalijaga (Lokajaya) bukanlah wayang kulit, akan tetapi wayang dengan bentuk yang sama persis dengan manusia. Kemudian wayang tersebut di larang oleh beberapa dewan wali sembilan dan Sunan Kalijaga bermusyawarah dengan beberapa anggota dan kemudian disepakati bahwa kesenian wayang diubah menjadi wayang kulit. Di dalam mendalangi wayang kulit Sunan Kalijaga sering menggunakan alur cerita Serat Dewi Ruci.
(Baca juga: Lembaran Kehidupan KH Abdul Wahab Hasbullah)
Serat Dewa ruci adalah cerita resi Bima yang mencari air suci Prawitasari yang kemuian dia bertemu dan berguru kepada Dewa Suci. Cerita asli serat Dewa Ruci adalah cerita tentang Ajisaka (murid Maulana Ngusman Ngali) yang dinisbahkan kepada Mpu Ciwamurti. Kemudian cerita itu diterjemahkan oleh Sunan Bonang dan dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.
Suluk Linglung
Suluk linglung adalah bagian yang terakhir dari kita Duryat yang dikarang oleh Sunan Kaljaga yang kemudian diwariskan kepada R.Ay. Supartini Mursidi. Suluk linglung adalah sebuah cerita yang mengisahkan tentang Sunan Kalijaga sendiri yang sedang bingung untuk mencari tujuan hidup. Suluk linglung ini telah ditransliterasikan oleh Drs. Muhammad Khafid Kosri, pudja Soemedi, Abdul Rozaq Umar, dan Khambali Solikulhadi kedalam bentuk tulisan latin dari bahasa Indonesia.
Di dalam suluk linglung diceritakan bahwa ketika Sunan Kalijaga bingung mencari tujuan hidup. Kemudian Sunan Kalijaga disuruh bertapa ngidang oleh Sunan Bonang (bertapa seperti kehidupan kijang) hingga Sunan Kalijaga disadarkan oleh Sunan Bonang lalu Sunan Kalijaga disuruh untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam perjalanan ibadah haji inilah Sunan Kalijaga bertemu dengan Nabi Khidir dan akhirnya menemukan jawaban mengenai tujuan hidupnya.
Tembang Ilir-ilir
Karya yang satu ini sangat populer diseluruh kalangan masyarakat. serta hampir semua orang mengatakan bahwa Ilir-ilir adalah karya Sunan Kalijaga. Tetapi, hanya sebagian kecil masyarakat yang paham serta mengerti mengenai makna filosofi Tembang Ilir-Ilir. Banyak dari sastrawan mengatakan bahwa Tembang Ilir-Ilir memilki makna yang adiluhung, yakni berukalitas tinggi. Tembang Ilir-Ilir ini menunjukkan simbol-simbol orang jawa sebagai masyarakat agraris.
(Baca juga: Mahaguru Dokter Bedah Sedunia)
Makna dan filosofi Tembang Ilir-Ilir adalah tentang nasihat kepada masyarakat agar tidak selalu mengurus dunia aja. Agar supaya masyarakat sadar bahwa di dunia kita hanya sementara, dan kelak kita akan mati dan akan bertemu dengan sang Pencipta. Tembang Ilir-Ilir ini juga mengajak masyarakat untuk senantiasa beribadah kepada Tuhan serta berbuat baik kepada sesama agar ketika kita menghadap Tuhan kita sudah dalam keadaan suci.
Itulah tiga karya besar Lokajaya atau yang sering disebut dengan Sunan Kalijaga yang hingga kini masih dilestarikan dan dijaga dikalangan khalayak umum. Jadi kita sebagai umat muslim Nusantara perlu kiranya untuk senantiasa menjaga karya-karya ulama Nusantara agar tetap bisa dipelajari oleh generasi mendatang.
Dan perlu bagi kita untuk terus menjaga budaya tersebut karena budaya tersebut adalah budaya yang diwariskan secara turun temurun kepada kita. Saya harap para pembaca sekalian untuk senantiasa menjaga dan melesatarikan budaya Nusantara.
Penulis merupakan siswa kelas XI PK A MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik