Tantangan dan Motivasi Peserta NSEP 2020, Bersyukur Mampu Menebar Wawasan sampai ke Thailand
Pesantren Nuris – Kisah menarik peserta NSEP (Nuris Student Exchange Programme) tahun 2020 terus dinantikan banyak pembaca. Kali ini, 3 santri Pesantren Nuris Jember mencurahkan suka citanya berada di salah satu harta karun pendidikan Islam di Thailand. Wah, pasti keren tuh, yuk lanjutkan membaca gaes![20/1/2020]
Ahmad Munif Efendi, Mohammad Sadad Ulinnuha, dan Qosim Ali Fahdi tampak begitu menikmati melaksanakan tugas pengabdian internasional di Suntisart Wittaya School sejak penempatannya pada tanggal 09 Januari 2020 lalu. Konon, lembaga yang ditempati santri Nuris ini seolah bongkahan cahaya Islam yang tersibak di belantara hutan pohon karet.
Tetapi jangan gagal paham dulu, meski sekolah ini berada di tengah hutan bukan berarti lembaga tersebut dianggap remeh. Justru keberadaan lembaga ini seolah mampu menjadi magnet pendidikan Islam yang terbilang maju pesat. Meski baru berdiri sejak tahun 2011 lalu, kini lembaga tersebut memiliki sekitar 900-an siswa. Wow, fantastis bukan?
(baca juga: Serasa Bersua Robot Transformers, Serpihan Kisah NSEP 2020 Part 1)
Terdapat 3 pendidikan formal yang dikelola oleh lembaga Suntisart Wittaya School tersebut yakni, sejenis PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-Kanak), dan Sekolah Dasar (SD). Hebatnya lagi, lembaga besar tersebut didirikan oleh sepasang suami istri yang mewakafkan sebagian besar kebun karet untuk lembaga pendidikan, Ustad Aman dan Noor Fitri Longdaewa.
Mereka berdua merintis lembaga ini dengan solid sesuai visi Suntisart Wittaya School, educating a dynamic ummah for tomorrow. “Sejarah berdirinya lembaga ini sangat menginspirasi kami yang berada di sini. Mereka rela mewakafkan tanah mereka untuk pendidikan Islam sehingga pesat sekali.” Tutur Munif, sapaan akrab siswa kelas XI PK 1 MA Unggulan Nuris tersebut.
(baca juga: Gus Rahmatullah Rijal: NSEP Bawa Visi Santri Berwawasan Global dan Spirit Internasional)
“Kami sangat terkesan dengan lembaga ini dan sangat kekeluargaan. Insya Allah mirip dengan di Nuris juga. Awalnya memang sulit beradaptasi terutama soal makanan, tetapi kondisi lingkungan yang asri dan para siswa di sini mudah akrab sehingga kami seolah menemukan keluarga di sini dan betah.” Imbuhnya.
Mereka pun sangat bersemangat bertugas di lembaga yang berada di Provinsi Yala, Thailand tersebut. Meski terbilang melelahkan, masuk kelas pukul 07.30 dan pulang pukul 16.00 waktu setempat dari hari Senin sampai Jumat, ketiga siswa MA Unggulan Nuris tersebut tetap menikmati untuk menebar wawasan kepada ratusan siswa tentang Alqur’an, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia.[AF.Red]