Penulis: M. Izzul Aroby*
Momen tahun ajaran baru tidak terlepas dari euforia kebahagiaan calon murid karena akan menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Khususnya, beberapa calon murid bahagia karena akan masuk SMA pilihannya atau bahagia karena masuk perguruan tinggi impiannya.
Kenyataannya, ajaran baru bukan sekadar soal kebahagiaan murid, melainkan juga soal perjuangan banyak orang tua yang berusaha keras memenuhi biaya pendidikan anaknya. Harus diakui, biaya pendidikan di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Data dari BPS menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia sebesar 3,81%. Adapun kenaikan uang pangkal pendidikan rata-rata adalah 10–15 %.
Data di atas bukan isapan jempol belaka, di suatu lembaga pendidikan tahun 2011 biaya SPP bulanan berkisar diangka Rp170.000,00. Adapun tahun 2020 biaya SPP menyentuh angka Rp530.000,00. Negara berusaha hadir secara maksimal mengatasi masalah pendidikan, terbukti alokasi dana untuk pendidikan tahun 2021 mencapai 20% dari APBN, lebih dari 549 Trilyun.
Pelbagai program dicanangkan pemerintah sebagai upaya pemerataan pendidikan, dimulai program Kartu Indonesia Pintar (KIP) hingga menyediakan sekolah berbasis kedinasan dengan biaya spp nyaris nol rupiah. Daya dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya men-cover biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh orang tua. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa atau mahasiswa yang membuat surat pernyataan meminta keringanan/penundaan biaya UKT yang akan dibayar.
(baca juga: Es Krim Herbal nan Organik Pencegah Hipertensi)
Melihat data inflasi pendidikan dari BPS, alangkah baiknya jika menyiapkan dana pendidikan seawal mungkin. Mengenai persiapan dana pendidikan, nenek moyang kita dari tanah Maluku telah mengajari sebuah budaya yang baik, setiap kelahiran anak, di situ oang tua menanam cengkeh 5–10 pohon.
Saat anak memasuki usia Sekolah Dasar (6-7 tahun), cengkeh sudah dapat menghasilkan. Hasil dari jual cengkeh ini dibuat membiayai sekolah anak bahkan hingga perguruan tinggi,. Berkat cengkeh, seorang anak terjamin pendidikannya hingga level tertinggi. Tidak heran di daerah Maluku sering terdengar sebutan sarjana cengkeh karena biaya pendidikan didapat dari menanam cengkeh.
Semangat sahabat-sahabat dari Maluku bisa dicontoh sebagai upaya untuk mempersipakan pendidikan sebaik mungkin. Berikut ini ada dua tips yang bisa diupayakan untuk mempersiapkan dana pendidikan untuk keluarga maupun diri sendiri:
Pertama, Investasi hewan ternak
Orang desa tentu tidak asing dengan pelbagai hewan peliharaan seperti kambing atau sapi. Ketika anak lahir atau ketika anak mendapatkan angpau di hari raya, bisa dibelikan kambing sepasang atau sapi anakan dengan komitmen tidak akan dijual kecuali untuk biaya pendidikan anak. Godaan untuk menggunakan aset seperti hewan ternak pasti ada di perjalanan kehidupan, tetapi komitmen kuat bahwa hal ini untuk kebaikan anak dalam pendidikan dapat membawa kebermanfaatan di masa depan.
Kedua, Reksadana pendidikan
Bagi orang kota, tentu familiar dengan istilah reksadana, salah satu intrumen investasi yang cukup aman. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk investasi di bidang pendidikan. Setiap bulan menyisihkan nominal Rp100.000,00 secara rutin per bulan.
Berinvestasi direksadana bisa mengimbangi inflasi dunia pendidikan. Hal ini juga bisa diajarkan ke anak sejak dini, diberikan uang saku lebih untuk diinvestasikan sebagai biaya pendidikan dia kedepannya. Kebiasaan baik yang ditanam sejak dini akan membuat anak mempunyai karakter mempersiapkan sesuatu dengan baik demi masa depannya.
Pada dasarnya kita sudah menyadari bahwa kedepan biaya pendidikan akan semakin mahal, dibutuhkan komitmen untuk menyiapkan dana pendidikan dikarenakan pendidikan adalah salah satu gerbang kunci keberhasilan. Pepatah lama mengatakan “sedia payung sebelum hujan”
*Penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris, jurusan IPA, tahun 2017