Penulis: Regina Qothrun Nada W*
10 September adalah Hari Pencegahan Bunuh diri Sedunia 2021 disebut juga World Suicide Preventuion Day. Peringatan yang dicetus oleh WHO atau Organisasi kesehatan dunia pada 2003. WHO berkolaborasi dengan Internasional Association of Suicide Prevention (IASP) dan Federasi Kesehatan Mental Dunia, untuk memperingati tingkat aksi bunuh diri di dunia.
Menurut data WHO, pada tahun 2011 sebanyak satu juta orang lebih bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju. Bunuh diri ini biasanya terjadi pada warga usia 15-24 tahun, penyebab kematian ini karena bunuh diri diambil lebih banyak dibandingkan kematian karena pembunuhan dan perang, kematian bunuh diri ini terjadi setiap 40 detik atau 3000 perhari di seluruh dunia.
(Baca juga: ketika santri membahas tentang perbintangan)
Menurut dr. Eka Viora,Sp.KJ. selaku direktur kesehatan jiwa kementrian Kesehatan (Kemenkes), meneliti beberapa gejala dini yang harus benar-benar diperhatikan untuk mendeteksi secara dini penyebab percobaan bunuh diri pada individu. Beberapa di antaranya yaitu kecemasan, kesedihan, kemiskinan, pembulian, keresahan, perilaku menyakiti diri sendiri, melukai dan lain lain.
Namun alasan terbesar di balik bunuh diri ini ialah penyakit mental yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Maka dari itu (IASP) berpartisipasi melahirkan hari pencegah bunuh diri sedunia pada tanggal 10 september 2003, tujuan diadakan hari ini dibuat untuk meneliti dan mengumpulkan data tentang perilaku bunuh diri.
(Baca juga: kesenian musik patrol jember regenerasi di masa pandemi)
Acara seperti konferensi, seminar, dan forum diskusi pada hari pencegahan bunuh diri sedunia merumuskan kebijakan baru untuk mencegah adanya bunuh diri.
Sumber gambar: suara.com
Penulis merupakan siswa kelas XI PK 3 MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik