Keterkaitan Antara Islam, Sastra dan Seni

Penulis: Devita Wulan*

Islam berasal dari bahasa Arab, yakni dari bentuk mashdar atau isim mashdar dalam istilah ilmu Sharaf yang artinya penyerahan diri. Secara istilah Islam adalah agama yang mengatur manusia agar menjadi selamat, sejahtera, aman, damai, menyerahkan diri kepada Allah, patuh dan tunduk kepada-Nya serta mau beribadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disiarkan ke seluruh penjuru dunia, yang ditujukan agar umatnya mentaati titah Tuhannya.

Islam dalam penyebarannya mengalami banyak peristiwa yang menjadi sejarah, mulai kisah Nabi Adam as dan Siti Hawa, Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as dengan air zam-zamnya, Nabi Yusuf as dengan ketampanannya, hingga Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari para nabi dan rosul. Kisah-kisah tersebut merupakan prosa nonimajinatif, yakni karya sastra yang berdasarkan oleh kisah nyata di masa lampau yang telah menjadi sebuah sejarah (2007:15), dan hingga kini masih sangat menarik untuk dikisahkan kepada anak-anak sebagai cerita sebelum tidur yang mengandung banyak sekali pelajaran berharga.

(Baca juga: ini dia perlengkapan yang harus di bawa santri putri baru yuk simak)

Contohnya saja, kisah Nabi Ibrahim as yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail as, anak yang beliau nanti-nanti betahun-tahun lamanya. Nabi Ibrahim dengan ketaatannya kepada Allah mengikhlaskan anaknya untuk disembelih, namun kemudian Allah SWT menukar Nabi Ismail dengan seekor kambing, kisah tersebut diabadikan dalam kurban pada hari idul adha. Begitu pula kisah Siti Hajar yang berlari dari bukit shafa ke bukit marwa mencari air untuk Nabi Ismail yang kehausan, diabadikan dalam salah satu rukun haji yaitu sa’i.

Islam sangat erat kaitannya dengan karya sastra yang mengandung banyak unsur keindahan dan manfaat di dalamnya, menurut Renne Wellek dan Austin Warren (1986:25-26) hakikat sastra adalah dulce et utile yang artinya menyenangkan dan berguna. Contoh di atas merupakan salah satu karya sastra karena di dalamnya mengandung manfaat atau pelajaran dan juga menyenangkan untuk dikisahkan. Selain dalam bentuk prosa seperti cerita nabi dan rosul tersebut, karya sastra puisi juga ada dalam islam, yakni puisi yang di tulis dalam sholawat nabi, syair-syair keagamaan maupun lirik-lirik lagu islami.

Puisi merupakan karya sastra yang paling memperhitungkan bunyi, kata, rima dan irama. (2007:19). Sholawat nabi merupakan puisi yang berisi pujian-pujian atas Nabi Muhammad SAW yang di sajikan dalam bahasa arab dengan intonasi yang indah dan penuh dengan makna di dalamnya. Sedangkan syair merupakan salah satu bentuk puisi lama, yaitu bentuk karangan yang terikat, terikat pada jumlah baris dalam bait, jumah kata dalam baris, jumlah suku kata dalam baris, rima dan irama, (2007:67).

(Baca juga: aktualisasi prinsip nu dalam rangka harlah ke-96)

Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Setiap bait terdiri dari empat baris
2. Setiap baris terdiri dari 8 sampai 14 suku kata
3. Semua baris merupakan isi
4. Bersajak a-a-a-a
5. Biasanya menggunakan bahasa kiasan

Contoh syair:
Syair Tanpo Waton karya Gus Dur bait 1-3
ngawiti ingsun nglarar syiiran
kelawan muji maring pengeran
kang paring rohmat lan kenikmatan
rino wengine tanpa pidungan

duh bolo konco priyo wanito
ojo mung ngaji syareat bloko
gur pinter dongeng nulis lan moco
tembe burine bakal sangsoro

akeh kang apal quran hadise
seneng ngafirke marang liyane
kafire dewe dak digatekke
yen isih kotor ati akale

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwasannya semua ciri-ciri syair sudah terpenuhi dalam Syair Tanpo Waton karya Gus Dur yang diciptakan dalam bahasa jawa dan berisi tentang petuah atau nasehat kepada umat islam untuk menambah ketakwaan kepada Allah SWT.

Lirik-lirik lagu islami juga merupakan karya sastra yang bergenre puisi, yaitu puisi bebas yang kemudian dikolaborasikan dengan musik untuk menambah keindahan iramanya dan daya tarik bagi penikmatnya. Puisi bebas merupakan puisi yang tidak terikat oleh bait dan baris, namun tetap memperhitungkan fungsi rima dan irama untuk menjaga keindahannya. Puisi bebas banyak diciptakan atau diproduksi pada angkatan sastra 60-an hingga sekarang, temanya pun beragam mulai dari tema cinta, agama, kemanusiaan, dll. Lirik lagu islami merupakan salah satu tema yang sering sekali di ambil oleh para musisi islam seperti Opick, Haddad Alwi, Sulis, dsb. Di dalamnya mengandung nasehat maupun ajakan untuk bertakwa, terkadang lagu juga di gunakan sebagai media dakwah islam yang ditujukan pada para penikmatnya.

Selain karya sastra, seni juga erat kaitannya dengan islam terutama dalam proses penyebaran islam di pulau Jawa. Seni pertunjukan wayang kulit yang merupakan salah satu produk pertunjukan semalam suntuk terbuat dari kulit sapi yang dibentuk sedemikian rupa menjadi tokoh-tokoh dalam cerita, seperti empat punakawan yaitu Semar, Bagong, Petruk,dan Gareng, juga tokoh Pandawa yang selalu menjadi idola, dan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh-tokoh tersebut dimainkan oleh satu orang yang disebut Dalang. Sunan Kalijogo sebagai ulama penyebar islam di pulau Jawa memanfaatkan seni kebudayaan Jawa tersebut sebagai sarana dakwah, untuk mengajak masyarakat Jawa agar memeluk islam. Berawal dengan cara mewajibkan para penontonnya untuk membasuk muka sebelum menonton pertunjukan, lalu mencuci tangan, dahi hingga kaki seperti gerakan dalam wudhu. Perlahan namun pasti cara itu dapat mengajak masyarakat untuk memeluk islam tanpa harus meninggalkan budaya mereka.

Islam merupakan agama yang indah dari segala aspek yang mendukungnya, baik dari segi sastra maupun seni. Hal-hal yang telah dipaparkan di atas merupakan beberapa contoh kecil yang ada di sekitar kita tentang hubungan sastra dan seni khususnya dalam penyebaran agama islam yang mungkin tanpa kita sadari memiliki kaitan yang sangat erat. Selain kisah-kisah di atas masih banyak kisah lainnya yang terjadi pada masa penyebaran agama islam di dunia yang akan membuat kita berkata “Betapa bangganya menjadi pemeluk agama Allah SWT yang memiliki banyak nilai keindahan, dan mengandung banyak pelajaran bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat”.

Sumber gambar: Instagram @smanurisjember

Penulis merupakan guru Bahasa Indonesia MTs Unggulan Nuris

Related Post