Penulis: Dewi Ernawati
Berkarya tanpa kenal lelah patut disematkan pada lembaga Nuris Jember. Pasalnya tiga siswa MA Unggulan Nuris yaitu Zahra Eka Aulia, Indi Ari, dan Ratna Elok berhasil membuat inovasi baru. Inovasi yang mereka lakukan adalah pembuatan BIOSTRAW atau bisa disebut juga Sedotan Jerami Padi Biodegradable.
Biostraw merupakan sebuah sedotan yang berhasil diciptakan dengan memanfaatkan jerami. Seperti yang diketahui bersama, jerami adalah limbah pertanian yang seringnya menjadi masalah bagi lingkungan. Hal ini disebabkan meski jerami adalah limbah organik, tidak serta merta bisa terurai dalam waktu singkat.
Nampaknya masalah ini kemudian menjadi perhatian bagi para siswa ini, mengingat kawasan PP Nuris Jember yang asri. Banyak terdapat sawah yang bisa diamati, sehingga menumbuhkan minat mereka dalam mengatasi permasalahan yang ada. “Kita berusaha untuk mengolah sampah secara efisien karena masih banyak sumber daya alam seperti jerami ini yang masih kurang dalam pemanfaatannya”, tutur Zahra, Senin (19/02/24).
(Baca juga:Artikel 6: Wujudkan Digitalisasi Pendidikan Yang Berkarakter Melalui Digital)
“Sampah ini bisa dikembangkan untuk energi terbarukan dan dapat mengurangi pemanasan global, juga semua kalangan bisa merasakan dampak positifnya”, tambah Ratna.
Mereka menambahkan bahwa jerami yang dimanfaatkan ini mudah dalam mendapatkannya. Ketersediaan limbah ini pada jangka waktu 2010-2015 rata-rata mencapai 1,5 ton. Jumlah ini tentunya lebih dari cukup sebagai bahan pembuatan sedotan secara massal.
Pemanfaatannya sebagai sedotan juga bisa mengurangi penggunaan plastik sebagai bahan utama sedotan yang menimbulkan masalah lingkungan yang lain. Aksi antisedotan plastik menggejala di Indonesia juga mendukung pengadaan alternatif ini. Hal ini juga didukung banyaknya laporan mengenai sampah sedotan yang telah melukai hewan laut sehingga ekosistem mereka terancam.
Lebih lanjut disampaikan bahwa pemanfaatan jerami menjadi sedotan telah melewati uji kadar selulosa, lignin, dan karakterisasi bioplastik. Berdasarkan hasil uji, kandungan selulosa dan lignin memperoleh hasil yang signifikan sebagai bahan bioplastik. Uji kelayakan penggunaannya juga berbanding lurus sehingga lolos menjadi bahan dasar pembuatan sedotan. Biostraw berbahan dasar jerami dengan kandungan yang cukup ini kemudian bisa diciptakan.
Respon positif juga disampaikan oleh berbagai pihak. “Pembina dan guru-guru menyampaikan bahwa penelitian ini sangat bagus dan sangat membantu penduduk sekitar. Limbah pertanian bisa ditanggulangi dengan baik dan bisa menghasilkan produk yang tepat guna”, ujar Indi.
Harapan selanjutnya bahwa produk ini bisa diproduksi secara masal. Bahan yang dibutuhkan mudah didapat dan murah. Namun kendala yang didapati adalah waktu produksi yang memakan waktu cukup lama.
Penulis artikel merupakan guru Bahasa Indonesia SMP Nuris Jember