Pejuang Islam Nusantara di Dunia Kampus
Oleh : Imron Fauzi*
Menginjakkan kaki menjadi mahasiswa adalah era baru yang akan ditempuh. Ibaratkan sebuah masyarakat kecil dengan kebiasaan yang bervariasi. Beragam suku bangsa akan ditemui di kampus. Tak luput juga berbagai agama dan faham berkembang di dunia mahasiswa, termasuk faham keislaman. So, jangan heran jika melihat orang banyak orang bercelana cingkrang, berjenggot panjang, bercadar bahkan berkopiyah dan bersarung.
Mahasiswa dikenal sebagai agent of change yaitu mahasiwa diharap bisa merubah wajah lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik. Perlu diingat dan diperhatikan bahwa mahasiswa jejak langkah lanjutan dari remaja menuju dewasa. Jadi tidak heran jika dimasa awal mahasiswa akan terasa labil karena iya masih mencari jati dirinya.
Pencarian jati diri ini juga termasuk dalam faham keagamaan. Ini biasanya untuk mahasiswa yang backgroudnya kurang akan pendidikan islam, sedangkan animo akan penegetauan islam berkobar bak api peperangan. Semangat inilah yang seharusnya diperhatikan agar tidak terperosok kepada faham yang sesat. Tentunya kalau pandangan kita adalah islam nusantara ala Nahdlatul Ulama’.
Unit kegiatan mahasiswa (UKM) merupakan salah satu pencetak jati diri mahasiswa. Inilah tugas kita untuk memperjuangkan islam nusantara di kampus, yaitu ukm keislaman atau yang biasa disebut Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Cara ini cukup efektif untuk mengenalkan islam nusantara di kampus. Akan tetapi tidak mudah untuk mengimplementasikan hal ini karena banyak juga kegiatan mahasiswa islam yang berbeda faham. Sebut saja wahabi, HTI, syiah dan liberal yang mendominasi kegiatan keislaman kampus. Ini merupakan masalah yang krusial jika tidak segera diambil tindakan.
Ada tiga strategi alternative yang bisa digunakan dalam memperjuangkan islam nusantara di kampus, yaitu:
1. UKM NadlatulUlama
Maksud dari UKM NU adalah unit yang berada dalam naungan NU, seperti KMNU, IPNU, IPPNU, dan PMII. Menghidupkan islam nusantara sangatlah mudah karena berada dalam naungan NU. Secara otomatis kegiatan shalawatan, istihgasah, tahlilan dan sebagainya akan terlaksana. Poin penting yang harus dilakukan dalam stategi ini adalah berorientasi ke-NU-an tiap SDM yang ada. Juga bisa membaca gerak dan tanggap terhadap kegiatan yang tidak sepaham bahkan mengancam islam nusantara dikampus.
2. UKM Non NadlatulUlama
Berbanding terbalik dengan poin diatas, poin ini adalah tentang ukm yang bukan berada dalam naungan NU. Kegiatan mahasiswa ini yang sering dijumpai diberbagai kampus di Indonesia. FSLDK, BKLDK, KMI, HMI itu merupakan salah satu kegiatan mahasiswa yang bukan berada dalam naungan NU. Sulit memang untuk menghidupkan islam nusantara disini. Upaya yang harus dilakukan pertama kali adalah menjadi anggota. Mulailah dengan mencoba untuk memasukkan kegiatan-kegiatan islam nusantara dalam berbagai kegiatan. Tak lupa, dudukilah posisi-posisi penting sehingga bisa mengatur jalannya roda organisasi, seperti kepala divisi dan ketua umum.
3. Ta’mir Masjid
Ada juga strategi lain yang bukan melalui kegiatan mahasiswa, melainkan melalui masjid kampus. Menjadi takmir masjid merupakan salah satu strategi efektif. Kegiatan islam nusantara untuk dilakukan di masjid kampus, seperti kajian kitab kuning dan jum’atan ala nahdlatul ulama’.
Ketiga strategi diatas bukan tanpa adanya resiko. Aliran yang tidak sepaham tidak akan resistensi terhadap kegiatan ini. Maka dari itu, siapkanlah amunisi ke-NU-an untuk membela diri menegakkan islam nusantara di Kampus. Catatan penting yang lain, keadaan daerah yang mayoritas banyak terdapat warga NU akan berpengaruh terhadap kondisi kampus. Semisal keadaan di jawatimur yang warganya mayoritas NU akan berbeda dengan di Yogyakarta dan Bali.
Alhamdulillah, tercatat beberapa alumni Nuris yang memperjuangkan islamnusantara. Amir Faisol, Nuril Firdausiyah, dan Rijal Fikri di Yogyakarta. Ahmad Fauzi, Muslim dan Faliqul Ulum di Bali. Sya’roni dan Fajrul Falah di Jakarta. Sebagai orang santri Nuris maka harus bagi kita menjadi figure penegakkan islam nusantara di lingkungan kampus. Jika di pesantren kita telah mengenyam berbagai ilmu agama, maka kampus adalah tempat untuk mengamalkanlah ilmu tersebut.
*Mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta