Penulis: Muammar Al-Khadafi
Bicara tentang santri memang sangat luas. Salah satunya adalah pengalaman baru, pertama jauh dari orang tua, mengalami pengalaman pesantren yang beraneka ragam. Belum lagi jika terlambat bangun untuk shalat tahajud atau melanggar peraturan yang lain akan lebih rempong lagi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa santri adalah orang yang mendalami agama Islam di suatu tempat yang biasa disebut Pondok Pesantren. Mereka melakukan kegiatan mulai pagi hari hingga malam hari hanya untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu agama maupun pengetahuan umum. Ternyata santri mempunyai elegi yang dapat dijadikan pelajaran.
(baca juga: Berhijab yang Baik di Indonesia)
Pertama, kegiatan mengantri yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren menjadi hal yang lumrah. Mulai dari antre mandi, makan, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, budaya ngantre yang biasa dilakukan santri memberikan pelajaran yaitu untuk mencapai cita-cita itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan, melainkan harus menempuh perjalanan yang panjang.
Kedua, hukuman taksir. Hukuman tersebut diberikan kepada santri yang telah melanggar tata tertib pesantren. Biasanya hukuman takzir bermacam-macam bergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan tergolong berat atau tidak. Hukuman taksir memberikan pelajaran dalam hidup yakni sebagai pengingat bahwa manusia bukan Tuhan yang bisa semaunya. Selain itu, memberikan pelajaran bahwa tidak selamanya hidup itu mudah, adakalanya keras sehingga harus sabar.
Ketiga, asmara terpisah dengan asrama. Hal tersebut merupakan hal yang biasa di lingkungan pesantren. Terkadang santri putra selalu berusaha mencari cara unik untuk lepas dari pengawasan pengurus pondok agar mereka bisa bertemu dengan santri putri. Pada masa ini santri harus bisa mengendalikan diri agar mereka tidak terjerumus ke jalan yang dilarang oleh agama. Mereka harus bisa mengontrol perasaan dan mengendalikan diri. Hal itu dijadikan motivasi atau penyemangat untuk bisa segera menyelesaikan tugas atau kewajiban mereka di pesantren. Asmara terpisah oleh asrama dapat diungkapkan dengan pernyataan “Cinta tidak dilarang di pesantren, tapi hanya pelaksanaannya yang diatur”.
(baca juga: Tips Menjaga Kesehatan untuk Santri Baru)
Keempat, indahnya kebersamaan dapat dirasakan oleh seorang santri ketika mereka telah menemukan teman yang cocok atau grup yang cocok. Biasanya seorang santri ketika mendapat sebuah masalah maka mereka biasa menghilangkan atau mencari solusi dengan kebersamaan kumpul bersama teman sejati. Oleh karena itu, menjadi santri akan memberikan kita pelajaran bahwa “kebersamaan adalah hal yang tak dapat dibeli dengan apapun. Menjadi santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga belajar bersosial dan bernegara.
Penulis merupakn siswa MA Unggulan Nuris kelas XI PK A. Penulis aktif sebagai anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net