Penulis: Faizah Maulidatul Romadani*
Sejuk embun di kala waktu subuh
datang
Lalu mulai hangat ketika mentari bangun dari tidurnya
Tetes embun pagi tetap setia menyegarkaan jiwa
Selalu sama setiap harinya
Sungguh indah hari-hari terasa
Setiap detik selalu turun nikmat-Nya
Detik demi detik kita nikmati
Namun apa yang manusia berikan
Kerusakan demi kerusakan
(Baca juga: Memeluk hujan)
Dosa demi dosa
Yang manusia lakukan di sana dan sini
Alam digunakan semena-mena
Dikala jabatan disalahgunakan
Di atas keserakahan mereka
Menuruti nafsunya
NikmatNya hanya untuk berhura-hura
Hingga membuat berpaling dariNya
Pemuda negeri ini
Generasi yang akan datang
Seorang santri
Yang akan membangun negeri
Menyadarkan para insan yang mencelakakan
Banyak nyawa atas keserakahan mereka
Seorang santri yang akan berjuang
Pahlawan berpeci hitam
Mengembalikan kepercayaan Tuhan kembali
Setelah nikmatNya disalahgunakan
Sebelum Tuhan menghancurkan bumi pertiwi
Sebelum manusia mengalami nestapa
(Baca juga: Cahaya mataku)
Atas kemurkaanNya
Semoga Tuhan mengampuni
Atas segala kelalaian
Dan mereka menyadari harta bukan segala-galanya
Penulis merupakan siswa kelas VIII G MTs Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler penulisan kreatif sastra