Awalnya Grogi, Kini sangat Betah dan Nyaman Sebarkan Aswaja di Negeri Gajah Putih
Pesantren Nuris – Serangkaian kisah menakjubkan peserta Nuris Student Exchange Programme atau NSEP tahun 2020 masih terus berlanjut. Ketiga peserta yang ditempatkan di Kampung Rai, Kota Yala, Thailand sempatkan diri mengunjungi salah satu objek wisata keren di sela kesibukan rentetan rutinitas di sana.[20/1/2020]
Octavia Safina F. (XI PK 2 MA), Imas Aprilia (XI IPA 2 MA), dan Meita Abdiyan Maharani (XI IPS 3 SMA)—satu kelompok yang di tempatkan di Kota Yala—didampingi Ustad Imam Sainusi, Ustad Ilzam, dan Ustad Andi, selaku pendamping peserta NSEP tahun 2020 ini, berkunjung ke sebuah lokasi wisata berparonama eksotis jika dilihat dari atas jembatan dengan pemandangan gugusan pulau.
Sekilas barangkali tampak seperti pemandangan di Raja Ampat, Papua, Indonesia. Lokasi yang bernama Geta’ Panjang Kato ini lebih dari sekadar untuk melepas penat, dengan keindahan panoramanya yang eksotis, gugusan pulau yang menghijau menyejukkan mata. Namun, siapa sangka dibalik keelokan pemandangannya ternyata juga mengandung misteri yang lumayan menyeramkan.
(baca juga: Serasa Bersua Robot Transformers, Serpihan Kisah NSEP 2020 Part 1)
“Ya, kabarnya di sini tepat di bawah jembatan yang kami naiki konon terdapat sebuah desa yang tenggelam sejak 50 tahun lalu. Nama desanya adalah Kampung Jok. Daerah ini dulunya berupa dam tempat penampungan air yang kemudian jebol sehingga menenggelamkan kawasan tersebut.” Ungkap Octa.
“Kata penduduk sekitar, puing-puing Kampung Jok akan nampak saat musim kemarau di Thailand sekitar bulan April. Di balik keindahan pemandangannya ini ternyata ada sejarah kelam yang menyeramkan. Meski begitu, kami cukup senang berada di sini, hitung-hitung tambah pengetahuan dan dijadikan pelajaran bagaimana pembangunan dam yang efektif dan aman.” Imbuhnya.
(baca juga: Keseruan di Suntisart Wittaya School, Sebongkah Cahaya Islam di Belantara Hutan Pohon Karet (NSEP 2020 part 2))
Kunjungan tersebut benar-benar mengesankan mereka dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu yang besar mengetahui sejarah lokal di sana. Bertepatan dengan jeda waktu rutinitas pembelajaran di lembaga pimpinan Zakiyah binti Abdul Rasyid, mereka juga tak lupa menyelami sejarah dan budaya melalui lokasi wisatanya.
Menurut Octa lagi, “Senang sekali bisa kunjungan wisata selain rutinitas kami di Suntisart Wittaya School Ma’had Ar Rosyidin. Kami di sini satu kelompok ada tiga orang. Selain kami belajar bersama siswa SMA-nya, kami juga diberi kesempatan mengajar, materi yang kami sampaikan adalah bahasa Arab, Nahwu Shorrof, dan tak lupa keaswajaan.”[AF.Red]